Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenang Buya Syafii Maarif 

Buya Syafii Maarif meninggal dalam usia 86 tahun pada hari ini di Yogyakarta.
Romo Paroki Gereja Katholik Kumetiran Yohanes Dwi Harsanto (kedua kanan) mendoakan almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif saat prosesi penyemayaman di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/5/2022).  Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tahun 1998-2005, Buya Ahmad Syafii Maarif wafat pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Romo Paroki Gereja Katholik Kumetiran Yohanes Dwi Harsanto (kedua kanan) mendoakan almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif saat prosesi penyemayaman di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/5/2022). Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tahun 1998-2005, Buya Ahmad Syafii Maarif wafat pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Bisnis.com, JAKARTA - Pertama kali bertemu 23 tahun silam, janjian wawancara di stasiun Tugu Jogja.

Saya salah orang, mengira pria berkaos putih dan berkacamata adalah beliau. Setelah celingak-celinguk diantara ratusan calon penumpang, saya menemukan sosok buya di pojok dekat peron.

Siang itu, Buya yang baru saja menggantikan Amien Rais sebagai Ketua PP Muhamadiyah, hendak ke Jakarta naik kereta Argolawu. Bersedia diwawancara beberapa saat sebelum kereta berangkat. Tutur katanya runtut, berisi, dan bertenaga untuk memengaruhi lawan bicaranya.

Saya? Dengan segala keberanian mencoba menanyatakan isu mutakhir kala itu, terutama soal ancaman disintegrasi bangsa pasca-runtuhnya kekuasaan Soeharto.

Saya menganggap wawancara itu seperti masterpieces. Sebelumnya saya sempat hujan-hujan nungguin Amien Rais, tapi karena mungkin lagi jadi selebritas, dia ogah-ogahan menjawab saat saya cegat di Kampus UMY.

Buya benar-bener membuat gembira. Saya ceritakan kisah wawancara itu ke almarhum Bapak yang seorang Muhammadiyah di antara kaum Nahdliyin di kampung saya, Blitar. Oya, Bapak penggemar Amien, saya bilang saatnya menggemari Buya, ini beda. Bapak hanya manggut-manggut.

Selanjutnya, saya mengikuti dan mengagumi pemikiran Buya Syafii, baik dalam tulisan resonansi di Republika maupun serbagai wawancara yang dimuat media.

Saya tahu Buya adalah sosok bapak bangsa yang langka.

Sahabat saya, Rosiana Silalahi bercerita baru saja membicarakan Buya dua hari lalu dengan Surya Paloh. Politisi itu bilang, ‘tinggal Buya yang kita punya.’

Namun hari ini, linimasa mendadak ramai oleh kepergian Buya Syafii Maarif dalam usia 86 tahun.

Saya berduka sedalam-dalamnya. Dalam kesedihan, mari berdoa semoga beliau husnul khotimah.

Aamiin yaa rabbal ’aalamiin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hery Trianto
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper