Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kim Jong-un dan Dilema Korea Utara Memerangi Covid-19

Korea Utara memang terkenal karena program rudal nuklirnya dan retorika perangnya. Negara itu menembakkan tiga rudal balistik beberapa jam setelah mengumumkan kasus Covid-19 pertama.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memimpin pertemuan Partai Pekerja tentang respons terhadap wabah Covid-19 dalam foto tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 12 Mei 2022./Antara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memimpin pertemuan Partai Pekerja tentang respons terhadap wabah Covid-19 dalam foto tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada 12 Mei 2022./Antara

Vaksin minim dan ketertutupan

Profesor Ilmu Politik dari Pusan National University, Robert E Kelly mengatakan bahwa sekarang, dengan 26 juta orang diyakini tidak divaksinasi, krisis kesehatan pada populasi yang lebih luas akan menjadi bencana di Korea Utara. Apalagi Kim menolak dosis vaksin yang dialokasikan WHO di bawah program COVAX pada tahun 2021, kata profesor dari perguran tinggi terkemuka Korea Selatan itu seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (19/5/2022).

“Karena itulah pertanyaan penting muncul. Mengapa Korea Utara memutuskan untuk memberi tahu dunia tentang wabah besar ini,?” ujarnya.

Korea Utara memang terkenal karena program rudal nuklirnya dan retorika perangnya. Sebagai catatan, negara itu menembakkan tiga rudal balistik beberapa jam setelah mengumumkan kasus Covid-19 pertama.

Hanya sedikit yang diketahui tentang perawatan kesehatan Korea Utara karena ketertutupan negara itu.

Sedangkan organisasi non-pemerintah dan warga Korea Utara yang telah membelot ke Korea Selatan atau ke negara Barat sering melihat kualitas layanan kesehatan yang buruk di kota-kota kecil. Padahal di wilayah itu sebagian besar warga Korea Utara tinggal.

Peralatan medis modern, fasilitas perawatan intensif dan stok obat hampir tidak ada bagi kebanyakan orang. Persoalannya kediktatoran seringkali mengabaikan pengelolaan kesehatan.

Apalagi anggaran militer yang besar lebih banyak menguras sumber daya. Sedangkan peluang untuk korupsi dan korupsi tersebar luas.

Di sisi lain, indikator harga kebutuhan pokok tidak menentu, sedangkan ekonomi sering dipolitisasi dan tidak efisien, sehingga yang paling menderita adalah rakyat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper