Derita rakyat kelas kawah
Pemerintah Korea Utara juga memiliki tradisi panjang dalam mengabaikan rasa sakit di kalangan masyarakat bawah. Ketika kelaparan melanda pada akhir 1990-an, bantuan Perang Dingin dari Uni Soviet cukup membantu.
Akan tetapi, bantuan itu kini sudah tidak ada dan bantuan China, yang saat ini membuat Korea Utara tetap bertahan, belum dikucurkan. Selama beberapa tahun, Korea Utara terpaksa berdiri sendiri tanpa bantuan asing.
Pemerintah memilih untuk menolak bantuan pangan dari luar negeri. Kalaupun ada bantuan, syarat yang ditetapkan sangat ketat dan tidak jarang bantuan itu digunakan untuk belanja militer.
Hasilnya, kelaparan massal selama empat tahun telah menewaskan antara satu hingga dua juta orang pada masa itu. Semua ini menandakan buruknya kemampuan dan rendahnya minat Pyongyang menangani Covid-19.
Korea Utara tidak memiliki infrastruktur untuk merawat mereka yang terinfeksi dan kapasitas pengujian untuk diagnosis yang tepat.
Media Korea Selatan melaporkan pada 17 Mei bahwa Korea Utara mengirim pesawat ke China untuk mengambil pasokan medis.
Apakah Kim Jong Un akan menerima bantuan luar negeri?
Dengan mengumumkan wabah Covid-19 kepada dunia, Korea Utara telah membuka pintu untuk menerima bantuan tanpa harus meminta. Tetapi tanggapannya terhadap Covid-19 akan lebih didorong secara politis ketimbang upaya medis.
Presiden Korea Selatan yang baru dilantik, Yoon Suk-yeol telah berjanji untuk tidak menyia-nyiakan upaya untuk membantu negara tetangganya. Bantuan itu berupa vaksin, peralatan medis, dan tenaga kesehatan.
Akan tetapi rezim tersebut akan menerima bantuan Korea Selatan jika diberikan tidak sebagai bentuk bantuan yang merendahkan negara itu. Korea Utara tidak mau kalau bantuan itu sebagai "bantuan" bagi negara yang gagal.
Bantuan berupa vaksin Sinovac dari China, yang telah terbukti menawarkan perlindungan yang lebih rendah, kemungkinan akan lebih disukai secara politis karena hubungan strategisnya dengan Beijing.
Penguncian tampaknya bahkan akan lebih disukai daripada bantuan asing, meskipun kita telah melihat betapa keras paparan Covid-19 yang berawal di China tersebut.