Bisnis.com, JAKARTA - Komandan Brigade Marinir ke-36 Ukraina, Mayor Serhii Volyna meminta agar negara ketiga menyediakan tempat evakuasi bagi pasukan dan warga sipil yang terperangkap di pabrik baja Azovstal di bawah pemboman berat Rusia.
"Saya ingin mengeluarkan pernyataan kepada dunia. Ini mungkin pernyataan terakhir saya karena kami hanya memiliki beberapa hari, atau bahkan beberapa jam yang tersisasa,” ujar Volyna kepada CNN.com melalui saluran telepon dari Mariupol seperti dikutip, Rabu (20/4/2022).
Dia mengimbau para pemimpin dunia untuk menerapkan prosedur khusus untuk militer di garnisun Mariupol untuk membawa warga sipil ke wilayah negara ketiga dan memberi perlindungan keamanan.
Sebelumnya, pasukan Ukraina di dalam kota yang terkepung itu telah berkonsolidasi di sekitar pabrik baja besar Azovstal.
Pejabat ukraina mengatakan ratusan warga sipil berlindung di ruang bawah tanah pabrik baja besar itu.
Seorang pejabat polisi Mariupol mengatakan kepada CNN bahwa persediaan makanan dan air berkurang di tengah pemboman berat.
Baca Juga
Ketika ditanya bagaimana evakuasi bisa difasilitasi, Volyna berkata, "Ini harus pada tingkat kesepakatan. Jika kita berbicara tentang aplikasi praktis, bisa jadi kapal dengan helikopter, misalnya, yang bisa menjemput kami atau misi kemanusiaan internasional yang dapat datang dan menjamin keamanan kami serta menemani kami dalam perjalanan ke negara yang akan membuat komitmen tersebut, katanya.
Volyna menggambarkan situasi di pabrik itu "kritis", dengan sejumlah besar tentara yang terluka dan perawatan medis yang terbatas.
"Kami benar-benar terkepung," katanya. Ada sekitar 500 militer yang terluka, sangat sulit untuk memberi mereka perawatan medis. Mereka benar-benar melemah dan ada warga sipil di wilayah itu, katanya.
“Mereka juga menderita akibat ledakan menggunakan bom dari pesawat dan menyerang dengan artileri.”
Dia mengakui kelompok musuh melebihi jumlah mereka hingga puluhan kali lipat dan mereka memiliki keunggulan lengkap di udara, artileri, peralatan, tenaga kerja.
“Kami berjuang sampai akhir, tetapi kami hanya punya sedikit waktu tersisa," lanjutnya.
Dia memperkirakan bahwa ada "ratusan warga sipil" yang berlindung di wilayah pabrik.