Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina bersedia berkompromi atas status wilayah Donbass timur sebagai bagian dari kesepakatan damai, meski Rusia berniat memecah negara itu menjadi dua bagian.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyampaikan pesannya itu secara langsung kepada jurnalis Rusia lewat panggilan video. Sebelumnya Kremlin memperingatkan kepada media Rusia untuk tidak melaporkan pidato itu dengan mengatakan bahwa kesepakatan apa pun harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.
"Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir merupakan syarat dari kami. Kami siap melakukannya," kata Zelensky berbicara dalam bahasa Rusia seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (28/3/2022).
Sikap Zelensky itu diumumkan meski kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan merebut bagian timur Ukraina. Sementara itu, Turki akan menjadi tuan rumah pembicaraan antara kedua pemimpin pada minggu ini.
"Faktanya, itu adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina," ujarnya.
Zelensky merujuk pada pembagian Korea setelah Perang Dunia II. Zelensky telah mendesak Barat untuk memberikan tank, pesawat, dan rudal Ukraina untuk membantu menangkis pasukan Rusia.
Dalam panggilan telepon dengan Putin pada hari Minggu, Presiden Turki Tayyip Erdogan setuju untuk mengadakan pembicaraan minggu ini di Istanbul dan menyerukan gencatan senjata dan kondisi kemanusiaan yang lebih baik. Negosiator Ukraina dan Rusia mengkonfirmasi bahwa pembicaraan langsung akan dilakukan.
Sementara itu, pejabat tinggi Amerika Serikat berusaha untuk mengklarifikasi bahwa pihaknya tidak memiliki kebijakan perubahan rezim di Rusia, setelah Presiden Joe Biden mengatakan pada akhir pidatonya di Polandia pada hari Sabtu bahwa Putin "tidak dapat tetap berkuasa".
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Biden hanya bermaksud bahwa Putin tidak dapat "diberdayakan untuk berperang" melawan Ukraina atau di mana pun.
Setelah lebih dari empat minggu konflik, Rusia gagal untuk merebut kota besar Ukraina mana pun dan pada hari Jumat mengisyaratkan bahwa pihaknya mengurangi ambisinya untuk fokus mengamankan wilayah Donbass, di mana separatis yang didukung Rusia telah memerangi tentara Ukraina selama delapan tahun terakhir.
Seorang pemimpin lokal di Republik Rakyat Luhansk mengatakan bahwa wilayah tersebut dapat segera mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia, seperti yang terjadi di Krimea setelah Rusia merebut semenanjung Ukraina pada tahun 2014.