Munculnya varian
Selama hampir satu tahun, varian asli Wuhan dari SARS-CoV-2 menyebar ke seluruh dunia. Kemudian, pada akhir tahun 2020, jumlah kasus COVID-19 meningkat pesat di Inggris.
Para peneliti menemukan bahwa varian baru berpotensi 50% lebih menular dari virus aslinya dan memiliki 17 mutasi. Pada Desember 2020, WHO menetapkan B.1.1.7 sebagai varian Alpha.
Sejak itu para ilmuwan telah mengidentifikasi banyak varian lain, tetapi WHO hanya menetapkan lima varian, diantaranya:
- Alpha (B.1.1.7): Inggris Raya, September 2020
- Beta (B.1.351): Afrika Selatan, Oktober 2020
- Gamma (H.1): Brasil, Desember 2020
- Delta (B.1.617.2): India, Oktober 2020
- Omicron (B.1.1.529): Beberapa negara, November 2021
Setiap varian memiliki tingkat infeksi yang berbeda-beda. Beberapa varian lebih menular daripada yang lain, dan beberapa lebih mematikan. Hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya ledakan gelombang COVID-19.
Apa yang menyebabkan varian?
Virus bermutasi hamper sepanjang waktu. Setiap kali mereka bereplikasi, materi genetik mereka akan disalin. Mutasi terjadi ketika bagian dari materi genetik disalin secara tidak benar.
Pada virus corona, materi genetiknya adalah asam ribonukleat (RNA). Enzim yang disebut RNA polymerase ini mengontrol replikasi. Sebagian besar mutasi menciptakan virus yang tidak dapat bereplikasi dan menyebar di antara orang-orang. Namun, beberapa mutasi menyebabkan virus yang dapat bereplikasi, salah satu contohnya adalah virus Corona.
Baca Juga
Beberapa situasi memberi virus lebih banyak kesempatan untuk bermutasi, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Christopher Coleman, asisten profesor imunologi infeksi di University of Nottingham, Inggris kepada MNT :
“Virus secara alami bermutasi saat mereka bereplikasi, proses eplikasi yang terjadi pada inang yang mengalami gangguan kekebalan akan meningkatan jumlah mutasi,” paparnya.