Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 300.000 orang terjebak di dalam Kota Mariupol, karena makanan dan persediaan medis habis dan Rusia memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.
Serangan Rusia telah menghantam rumah sakit, gereja, dan blok apartemen yang tak terhitung jumlahnya, dengan pejabat setempat memperkirakan bahwa sekitar 80 persen bangunan tempat tinggal rusak atau hancur, sepertiga di antaranya tidak dapat diperbaiki.
Upaya untuk menyelamatkan ratusan orang yang terperangkap di ruang bawah tanah sebuah teater yang dibom di Kota Mariupol yang terkepung terhambat oleh pertempuran sengit di daerah itu, kata Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko seperti dilansir BBC, dikutip Senin (21/3/2022).
Boychenko mengatakan, tim hanya mampu membersihkan puing-puing bangunan selama jeda pertempuran.
Pejabat Ukraina mengatakan, Rusia menyerang area itu, yang jelas-jelas ditandai sebagai tempat perlindungan sipil. Namun Moskow menyangkalnya.
Mariupol menajdi saksi beberapa pertempuran paling sengit sejak Rusia menginvasi Ukraina, tiga pekan lalu.
Baca Juga
Lokasi kota pelabuhan, di Laut Azov, sangat strategis bagi Rusia, karena akan membantunya menciptakan koridor darat antara wilayah timur Donetsk dan Luhansk, yang dikuasai oleh separatis dukungan Rusia, dan Krimea, semenanjung yang diserbunya dan dianeksasi pada tahun 2014.
"[Ada] pertempuran jalanan di pusat kota," kata Boychenko, membenarkan klaim yang dibuat oleh Rusia pada hari Jumat, ketika dikatakan "memperketat ikatan" di sekitar kota.
"Ada tank... dan tembakan artileri, dan semua jenis senjata ditembakkan di daerah itu," kata wali kota.
"Pasukan kami melakukan segala yang mereka bisa lakukan untuk mempertahankan posisi mereka di kota, tetapi kekuatan musuh lebih besar dari kami."
Komunikasi dengan kota sulit, jaringan telepon dikatakan hanya beroperasi beberapa jam sehari. Di tengah serangan Rusia yang tak henti, penduduk menghabiskan sebagian besar hari mereka di tempat penampungan dan ruang bawah tanah, jarang keluar.
Boychenko mengatakan, dalam wawancara sebelumnya, bahwa tidak ada pusat kota yang tersisa.
"Tidak ada sebidang tanah kecil pun di kota yang tidak memiliki tanda-tanda perang," katanya.
Pertempuran sengit berarti terlalu berbahaya bagi tim untuk membersihkan puing-puing teater yang hancur dan menyelamatkan orang-orang dari ruang bawah tanah, yang menahan serangan hari Rabu.
"Tidak ada kesempatan untuk melakukan itu," kata Boychenko.
"Ketika suasana tenang sebentar, puing-puing sedang dibersihkan dan orang-orang keluar."
Sehari sebelumnya, ombudsman hak asasi manusia negara itu mengatakan 130 orang telah diselamatkan, dan sekitar 1.300 orang masih terjebak.
Gambar satelit menunjukkan kata Rusia untuk "anak-anak" telah terpampang di tanah di dua lokasi di luar gedung era Soviet yang megah, menunjukkan tempat itu digunakan sebagai tempat perlindungan sipil. Kebanyakan dari mereka yang berada di dalam adalah orangtua, wanita dan anak-anak, yang hidup terjepit di kamar dan koridor yang gelap.
Dalam pidato video yang dirilis pada hari Sabtu, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan beberapa orang yang diselamatkan "terluka parah" tetapi, pada saat ini, tidak ada informasi tentang kematian.
Presiden Zelenskyy juga menuduh Rusia melakukan "kejahatan perang" karena memblokir akses bantuan kemanusiaan ke kota-kota yang terkepung.
"Ini adalah taktik yang benar-benar disengaja," katanya.
"Mereka [pasukan Rusia] memiliki perintah yang jelas untuk melakukan segalanya untuk membuat bencana kemanusiaan di kota-kota Ukraina menjadi 'argumen' bagi Ukraina untuk bekerja sama dengan penjajah."
Pihak berwenang di Mariupol mengatakan sedikitnya 2.500 orang telah tewas di kota itu sejak dimulainya perang, meskipun mereka mengakui itu adalah perkiraan yang terlalu rendah.
Beberapa orang mati ditinggalkan di jalan-jalan, karena terlalu berisiko untuk mengumpulkannya. Banyak yang akhirnya dikubur di kuburan massal.