Bisnis.com, JAKARTA - Rusia memberi tenggat waktu pukul 05:00 waktu Moskow bagi tentara Ukraina meletakkan senjata di kota pelabuhan timur Mariupol akibat bencana kemanusiaan yang mengerikan sedang berlangsung.
“Letakkan senjata Anda,” ujar Jenderal Mikhail Mizintsev, Direktur Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia dalam sebuah pengarahan kemarin.
Dia mengatakan, bahwa bencana kemanusiaan yang mengerikan tengah berkembang.
“Semua orang yang meletakkan senjata dijamin bisa keluar dari Mariupol dengan aman,” katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (21/3/2022).
Mariupol telah mengalami beberapa pemboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Banyak dari 400.000 penduduknya terperangkap di kota dengan sedikit makanan, air, atau listrik.
Mizintsev mengatakan, koridor kemanusiaan untuk warga sipil akan dibuka ke arah timur dan barat dari Mariupol pada pukul 10 pagi waktu Moskow (7 pagi GMT) pada hari Senin (21/3/2022) ini.
Baca Juga
Ukraina memiliki waktu hingga pukul 05.00 pagi waktu Moskow untuk menanggapi tawaran koridor kemanusiaan dan meletakkan senjatanya, katanya.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas kegagalan membuka koridor itu dalam beberapa pekan terakhir.
Mizintsev, tanpa memberikan bukti, mengatakan bahwa “bandit” Ukraina, “neo-Nazi” dan nasionalis telah terlibat dalam “teror massal” dan melakukan pembunuhan besar-besaran di kota itu.
Ukraina menyatakan sedang berjuang untuk mempertahankan keberadaannya dan presiden negara itu, Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Sabtu (19/3/2022) bahwa pengepungan Mariupol adalah "teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang".
Pihak negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia yang menurut Kremlin sama dengan deklarasi perang ekonomi oleh AS dan sekutunya.
Dewan Kota Mariupol mengatakan di saluran Telegramnya pada Sabtu (19/3/2022) malam bahwa beberapa ribu penduduk telah "dideportasi" ke Rusia selama seminggu terakhir.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 10 juta orang mengungsi sehingga menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat (AS).
Vladimir Putin, presiden Rusia, mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan untuk melucuti senjata dan "menonaktifkan" wilayahnya.