Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, 28 Februari 2022 diperingati sebagai perayaan Isra Mi'raj.
Dalam peristiwa Isra' Mi’raj, sebagaimana disebutkan berbagai kitab tarikh dan kitab hadits, Nabi Muhammad saw dan umatnya diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari-semalam.
Dr. KH. Muhammad Yahya, M.A, Ph.D. menjelaskan tentang perjalanan Nabi Muhammad ketika Isra’. Dikisahkan di dalam Al Quran perjalanan Nabi Muhammad dimulai dari Mekkah, Masjidil Haram, ke Yerussalem, Masjdil Aqsa dengan jarak 1.400 km dengan menggunakan buroq.
Sebagian ulama hadist menggambarkan buraq sebagai makhluk yang kuat, indah, dan sangat cepat. Saking cepatnya, perjalanan Nabi Muhammad dari bumi menuju ke langit hanya ditempuh dalam jangka waktu satu malam saja.
Ada banyak peristiwa yang dialami nabi ketika melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. Salah satunya ialah beliau bertemu dengan para nabi terdahulu seperti Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa.
Selain itu, dalam perjalanannya nabi juga bertemu dengan orang sedang yang memukul kepalanya sendiri. “Orang yang memukul kepalanya sendiri merupakan sebuah representasi dari orang-orang yang lalai dalam melaksanakan shalat yang lima waktu”, kata Dr. KH. Syuhadak dikutip dari uin.malang.ac.id.
Baca Juga
Sementara itu, dikutip dari nu.or.id, Isra' dan Mi’raj Nabi Muhammad saw adalah peristiwa yang sangat agung, dari peristiwa tersebut Nabi memperoleh berbagai macam pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kelengkapan dirinya, untuk mengemban tugas yang berat sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.
Pengetahuan dan pengalaman yang paling berharga dalam peristiwa tersebut adalah berkaitan dengan memahami tanda-tanda kebesaran Allah swt. Baik kebesaran yang ada di alam raya ini yang dapat ditangkap oleh panca indra, maupun dalam alam ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.
Isra', pengertiannya menurut bahasa adalah perjalanan di malam hari (al-Munawwir: 1984: 671), sedangkan mi’raj adalah tangga untuk naik ke atas (al-Munawwir: 1984: 981).
Karena itu pengertian Isra yang dimaksudkan adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa, sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau dari Masjid al-Aqsa ke Sidrah al-Muntaha.
Sidrah al-Muntaha adalah tempat di langit yang bersifat ghaib, tidak mungkin dijangkau oleh panca indera manusia, bahkan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran. Di antara tujuan diisarakannya Nabi Muhammad saw, adalah agar beliau mengetahui secara mendalam tanda-tanda keagungan Tuhan, kekuasaan dan kasih sayang-Nya terhadap semua makhluk