Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, 23 Februari merupakan hari wafatnya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan tahun 1923 lampau.
Ahmad Dahlan meninggal di usia 43 tahun di Yogyakarta dan dimakamkan di pemakaman Karangkanjen. Kiprahnya dalam membentuk dan mengembangkan Muhammadiyah sudah tidak diragukan lagi.
Dia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Ahmad Dahlan adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
Sedangkan ibunya, adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Dia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Baca Juga
Bahkan, Ahmad Dahlan pernah tinggal di Mekkah selama 5 tahun ketika dia pergi haji di usia 15 tahun.
Pada periode inilah, dia mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, dia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, dia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun dan berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.
Hingga akhirnya, pada tahun 1912, dia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
Mengutip suaramuhammadiyah.id yang melansir Soerabajasch Handelsblad, almarhum Haji Dahlan adalah sosok yang terkenal dalam pergerakan Hindia, yang dikenal dengan tindakannya yang lunak; gerakan Islam yang dipimpinnya selalu diupayakan agar terbebas dari kecenderungan politik.
Muhammadiyah tetap menjadi organisasi sosial Islam dan membawa banyak manfaat; atas desakannya, sekretarisnya Haji Fachrodin telah dikirim ke Jeddah untuk memahami perbuatan para jamaah haji di atas kapal-kapal haji. Haji Fachrodin diminta untuk membuat laporan tentang hal tersebut.
Di samping itu, diterangkan pula berbagai terobosan yang dibuat Kiai Dahlan agar para jamaah haji bisa naik haji dengan aman dan nyaman. Salah satunya terkait pemeriksaan jamaah haji wanita yang awalnya dilakukan oleh dokter pria asing. Kiai Dahlan turun tangan sehingga hanya para dokter pemeriksa wanitalah yang kemudian memeriksa jamaah haji wanita.
Dia juga mendirikan sekolah yang kemudian diberi subsidi oleh pemerintah. Oleh masyarakat, sosok Ahmad Dahlan dianggap berpengaruh sehingga kepadanya diberi gelar ‘kijahi’ alias Kiai.