Bisnis.com, JAKARTA - Pemenang Nobel Perdamaian Malala Yousafzai mendukung enam siswa India yang memperjuangkan hak mereka untuk mengenakan jilbab di kelas.
Para remaja itu melakukan aksi protes di negara bagian Karnataka selama berminggu-minggu sehingga menarik perhatian publik terkait larangan jilbab di perguruan tinggi yang digambarkan oleh Malala sebagai sesuatu yang "mengerikan".
Pertikaian soal simbol agama terus menyebar dan mengobarkan ketegangan agama di negara bagian itu, sehingga mengakibatkan sejumlah bentrokan.
Akibatnya, sekolah diliburkan selama tiga hari.
Perselisihan itu juga menjadi berita utama nasional di India, dan kini telah mencapai pengadilan tinggi negara bagian.
Sebuah petisi ke pengadilan yang diajukan oleh salah satu siswa berpendapat bahwa mengenakan jilbab adalah hak dasar untuk beragama yang dijamin oleh konstitusi.
Baca Juga
Malala yang masih berusia 15 tahun ketika dia selamat dari serangan Taliban di Pakistan karena membela hak anak perempuan untuk dididik, meminta para pemimpin India untuk melakukan sesuatu untuk "menghentikan marginalisasi perempuan muslim".
"Melarang membiarkan anak perempuan pergi ke sekolah dengan hijab mereka sangat mengerikan," kicau aktivis berusia 24 tahun itu seperti dikutip BBC.com, Rabu (9/2/2022).
Sejumlah berita melaporkan bagaimana gadis-gadis India yang berjuang untuk memakai jilbab di perguruan tinggi dipukuli dan dipermalukan karena menjadi seorang muslim di India.
Gadis-gadis remaja memulai protes mereka setelah mereka dilarang oleh manajemen mengenakan jilbab di kelas di perguruan tinggi pra-universitas yang dikelola pemerintah atau setara dengan sekolah menengah.
Masalah itu telah menyebar ke perguruan tinggi lain di negara bagian Karnataka. Pekan lalu, sebuah video yang menunjukkan gerbang perguruan tinggi ditutup untuk sekelompok wanita muda berhijab menyebabkan kemarahan.
Sementara kelompok radikal Hindu mendukung larangan tersebut. Kemarin bentrokan antara kedua belah pihak telah menyebabkan sejumlah orang terluka, menurut media setempat.