Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, bahwa negaranya telah melewati upaya kudeta yang dikoordinasikan oleh "satu komando" dan mengalami kerusuhan paling brutal yang menewaskan lebih dari 160 orang sejak runtuhnya Uni Soviet.
Dalam pidatonya di pertemuan online aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia melalui tautan video, Tokayev mengatakan, bahwa ketertiban sekarang telah dipulihkan di Kazakhstan, tetapi perburuan "teroris" sedang berlangsung.
"Dengan kedok protes spontan, gelombang kerusuhan pecah. Menjadi jelas bahwa tujuan utama adalah untuk merusak tatanan konstitusional dan untuk merebut kekuasaan. Kita berbicara tentang upaya kudeta," katanya seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (11/1/2022).
Demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar dimulai lebih dari seminggu yang lalu sebelum meletus menjadi protes yang lebih luas terhadap pemerintahan Tokayev dan orang yang dia gantikan sebagai presiden, Nursultan Nazarbayev yang berusia 81 tahun.
"Pukulan utama ditujukan terhadap (kota) Almaty. Jatuhnya kota ini akan membuka jalan bagi pengambilalihan wilayah selatan yang padat penduduknya dan kemudian seluruh negerI. Kemudian, mereka berencana untuk merebut ibu kota," katanya.
Dikatakan, operasi "kontra-terorisme" skala besar akan segera berakhir bersama dengan misi CSTO yang berjumlah 2.030 tentara dan 250 buah perangkat keras militer.
Baca Juga
Tokayev membela keputusannya untuk mengundang pasukan pimpinan Rusia ke negara itu, dan mengatakan bahwa keraguan atas legitimasi misi itu berasal dari kurangnya informasi.
Kazakhstan akan segera memberikan bukti kepada masyarakat internasional tentang apa yang telah terjadi, katanya.
Sebanyak enam belas anggota pasukan keamanan tewas, sementara jumlah korban sipil masih diperiksa, katanya.
Hingga kemarin, sedikitnya 164 orang tewas di Kazakhstan selama protes anti-pemerintah yang brutal, menurut laporan media mengutip pejabat kesehatan.
Jika angka itu dikonfirmasi, maka hal itu akan menandai kenaikan tajam dari angka sebelumnya sebanyak 44 kematian.
Hampir 6.000 orang ditangkap, termasuk sejumlah besar warga negara asing, menurut kata kantor kepresidenan Kazakhstan. Aksi demo dimulai pada 2 Januari 2022 yang mencerminkan ketidakpuasan pada pemerintah dan mantan Presiden Nursultan Nazarbayev.
Dia memimpin Kazakhstan selama tiga dekade dan masih dianggap memiliki pengaruh yang signifikan.
Pekan lalu, pasukan dari negara-negara lain termasuk Rusia dikirim ke Kazakhstan untuk membantu memulihkan ketertiban.
Pernyataan kantor kepresidenan menambahkan, bahwa situasi telah stabil dan pasukan melanjutkan operasi "pembersihan" dan menjaga "fasilitas strategis". Akan tetapi, keadaan darurat dan jam malam nasional tetap berlaku.