Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memodernisasi peralatan yang dimilikinya, khususnya yang ada di Pos Pengamatan Gunung Api atau PGA.
“Ikuti perkembangan terbaru teknologi yang ada saat ini. Jika ada yang terbaru lakukan upgrading, yang masih ketinggalan kami tingkatkan kualitasnya,” ucap Arifin melalui keterangan resmi, dikutip Sabtu (25/12/2021).
PVMBG sendiri saat ini memantau 69 dari total 127 gunung api aktif yang ada di Indonesia. Pemantauan tersebut dilakukan dari 74 Pos PGA selama 24 jam.
Menteri Arifin pun meminta agar PVMBG melakukan monitoring seluruh gunung api yang ada. Untuk itu, diperlukan ketercukupan petugas pemantauan, ketersediaan alat-alat pemantauan yang mutakhir, dan pembinaan kemampuan sumber daya manusia.
“Kami minta PVMBG untuk memonitor semua gunungapi, baik gunungapi tipe A, B, maupun C. Untuk sementara, kami akan digitalisasikan 69 gunung api agar dapat terintegrasi pemantauannya di PVMBG,” ujarnya.
Saat ini, para pengamat gunung api di seluruh Indonesia sebenarnya telah dilengkapi dengan peralatan infrastruktur monitoring kebencanaan, seperti sistem pemantauan gunung api di lokasi gunung api yang meliputi seismik, GPS, tilt meter, Electronic Distance Measurement (EDM), dan CCTV.
Selain itu, Gunung Merapi memiliki sistem pemantauan yang terbaik dibandingkan dengan gunungapi lainnya. Adapun standar minimum pemantauan adalah memiliki enam stasiun seismik, enam stasiun GPS, dua stasiun tiltmeter, satu EDM minimal empat reflector, satu stasiun geokimia, dua stasiun CCTV dan satu infrared camera.
Infrastruktur monitoring kebencanaan lainnya yang dimiliki PVMBG adalah sistem pemantauan sesar Opak di Yogyakarta dan Sesar Lembang di Bandung.
Sistem Pemantauan Gerakan tanah dilakukan dengan memasang Landslide Early Warning System (LEWS) dan ruang monitoring di Bandung untuk memantau aktivitas gunung api, serta pengumpulan informasi kejadian gempa bumi, tsunami, hingga gerakan tanah di seluruh Indonesia.
Kini, aplikasi MAGMA Indonesia juga disajikan untuk memudahkan masyarakat mengakses data terkini kebencanaan geologi.
“Alur monitoring gunung api diawali dari hasil perekaman di lapangan yang dikirim ke Pos PGA melalui radio analog/digital, dilanjutkan dikirim ke kantor Bandung melalui Vsat. Alur monitoring patahan aktif dan gerakan tanah berawal dari perekaman data di lapangan dikirim ke Bandung melalui aplikasi MAGMA Indonesia,” jelas Kepala PVMBG Andiani.