Bisnis.com, JAKARTA – Ekuador kehilangan salah satu olahragawan terbaiknya dengan cara memilukan setelah sprinter Alex Quinonez ditembak mati di kota pelabuhan Guayaquil.
Quinonez, 32 tahun, dan seorang lainnya ditemukan tewas pada Jumat (23/10/2021) tengah malam waktu setempat atau Sabtu (24/10/2021) siang WIB, menurut dilansir Al Jazeera pada Minggu (24/10/2021).
Quinonez adalah pemegang rekor nasional Ekuador untuk sprint 200 meter dengan waktu 19,87 detik. Dia finalis Olimpiade London 2012, finis di posisi meraih tempat ketujuh setelah bersaing dengan legenda atletik Jamaika Usain Bolt. Quinonez meraih perunggu nomor 200 meter Kejuaraan Dunia di Doha, Qatar, 2 tahun lalu.
Presiden Ekuador Guillermo Lasso berjanji membawa pembunuh Quinonez ke pengadilan. “Mereka yang mengambil nyawa warga Ekuador tidak akan dibiarkan begitu saja. Kami akan bertindak dengan kekuatan," cuit Lasso.
Pablo Arosemena, Gubernur Provinsi Guayas, yang beribu kota Guayaquil, menulis di Twitter-nya: “Tak ada yang akan beristirahat sampai @PoliciaEcuador menangkap pelakunya. Kami menghadapi perang melawan geng-geng narkoba yang hendak menaklukkan kami.”
Kementerian olahraga negara itu mengonfirmasi pembunuhan Quinonez di Twitter, memberi penghormatan kepada "pelari cepat terbesar yang pernah dilahirkan di negara ini".
Baca Juga
“Kami telah kehilangan seorang olahragawan hebat, seseorang yang memungkinkan kami untuk bermimpi, yang menggerakkan kami,” kata kementerian itu.
Komite Olimpiade Ekuador mengatakan kematian Quinonez “meninggalkan kita dengan rasa sakit yang mendalam” dan bahwa “warisan akan selamanya tinggal di hati kita”.
“Saya tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan kesedihan, ketidakberdayaan, dan kemarahan yang menguasai saya,” tulis Andrea Sotomayor, Sekjen Komite Olimpiade Ekuador. “Alex Quinonez adalah sinonim dari kerendahan hati dan contoh nyata dari ketahanan. Kehilangannya meninggalkan kami dengan rasa sakit di dada kami.”
Quinonez sedang mempersiapkan untuk pelatihan untuk kembali ke trek dan partisipasi akhirnya di Kejuaraan Dunia Atletik di Oregon, Amerika Serikat, tahun depan.
Dia sebenarnya penantang serius untuk medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar pada 2021, tapi dia gagal bersaing karena menerima sanksi dari Federasi Atletik Internasional (IAAF) lantaran tidak melaporkan dengan benar keberadaannya untuk tes anti-doping di luar kompetisi.