Bisnis.com, JAKARTA – Amerika serikat (AS) meluncurkan kritiknya terhadap kebijakan dagang China, yang dinilai tidak mengindahkan ketentuan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) selama dua dekade.
David Bisbee, pejabat perwakilan AS di Jenewa, Swiss, mengatakan ketika China bergabung dengan WTO sejak 20 tahun silam, negara anggota lain berharap Beijing untuk mereformasi kebijakan dagangnya. Sebab, sebelum bergabung dengan WTO, China kerap melakukan kebijakan dan praktik dagang yang bertentangan dengan kesepakatan organisasi dagang tersebut.
“Tetapi harapan itu belum terwujud, dan tampaknya China tidak memiliki kecenderungan untuk berubah,” seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (20/10/2021).
Sebaliknya, menurutnya, China sengaja menggunakan fasilitas sebagai anggota WTO untuk melakukan pendekatan dan meningkatkan perdagangannya dengan negara mitranya. Langkah itu dinilainya merugikan pekerja dan pengusaha AS dan negara-negara lain.
“AS akan terus menggunakan semua cara yang tersedia dalam upaya membujuk China untuk membuat perubahan yang diperlukan di sektor perdagangan," kata Bisbee.
Dia menegaskan, kendati tensi perang dagang antara AS-China telah memudar, terutama sejak adanya perjanjian tahap pertama pada 2019 lalu, kekhawatiran Paman Sam terhadap rezim perdagangan Negeri Panda belum hilang.
Baca Juga
Adapun, salah satu hal yang menjadi sorotan dari AS terhadap China adalah kebijakan Beijing yang melakukan pembatasan akses pasar, pembatasan investasi, subsidi besar-besaran yang mengarah pada kelebihan kapasitas, dan perlakuan istimewa untuk perusahaan milik negara.
“China menggunakan langkah-langkah ini untuk mengamankan dominasi di pasar global, yang melemahkan kepentingan ekonomi AS,” ujarnya.
Pernyataan Bisbee tersebut merupaka bagian dari tinjauan kebijakan perdagangan berkala WTO, yang mengatakan bahwa China belum sepenuhnya transparan tentang program subsidi di pemerintahnya. Faktanya, China belum memberikan informasi apa pun kepada WTO tentang program dukungan domestiknya selama tiga tahun terakhir, kata laporan itu.
Beberapa pejabat AS telah mencoba untuk mendorong China untuk mengadopsi norma-norma WTO dan kebijakan yang berorientasi pasar. Namun sejauh ini upaya itu dinilai AS belum terwujud lantaran China sering gagal untuk menindaklanjuti komitmennya.
AS juga mengkritik penggunaan kebijakaan "paksaan ekonomi" oleh China untuk menekan negara-negara kecil agar bertindak sesuai dengan keinginan Beijing. “
Jika anggota WTO lain berbicara menentang atau menyinggung China, respons China semakin menggunakan kekuatan ekonominya untuk menekan negara yang melanggar agar ‘memperbaiki kesalahannya,’” kata Bisbee.