Bisnis.com, JAKARTA – Distribusi vaksinasi antardaerah yang belum merata menjadi tantangan pencapaian target kekebalan kelompok (herd immunity) di Indonesia.
Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta mengatakan sejak Januari 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta 1 juta dosis vaksin dapat disuntikan per hari ke masyarakat.
Namun, organisasi melihat bahwa di lapangan keadaan sebenarnya selama delapan bulan terakhir Indonesia, yaitu Januari—Agustus 2021 Negara masih sulit mencapai target tersebut.
Baru pada akhir Agustus 2021, Indonesia baru bisa menembus 1 juta dosis per hari secara konsisten.
“Jika dilihat kecepatan dari Januari hingga Agustus 2021 [vaksinasi] meningkat drastis, tetapi sayangnya seluruh dunia kena embargo dari India karena mereka tidak bisa menekspor vaksin Covid-19 lantaran mereka juga sempat dalam keadaan darurat,” tuturnya lewat diskusi virtual, Kamis (2/9/2021).
Lebih lanjut, dia menilai sebenarnya program vaksinasi yang dilakukan lebih awal menunjukan bahwa inisiatif pemerintah sudah cukup baik, tetapi memang terbentur oleh pasokan internasional dan distribusi domestik yang belum mulus.
Baca Juga
Menurutnya, akselerasi vaksinasi masih terbentur oleh dua risiko. Pertama adalah disrupsi pasokan, di mana masih bergantung pada internasional sehingga baru bisa memenuhi kebutuhan di Indonesia pada akhir 2021.
Kedua, risiko lainnya adalah jalur distribusi yang mana selama ini jalur impor dan kapasitas rantai dingin di setiap daerah yang belum merata sehingga kecepatan vaksinasi antardaerah berbeda.
Dia menjelaskan, di Jakarta vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 115,97 persen dan untuk yang dosis kedua di angka 68,87 persen. Sedangkan, Lampung menjadi kota dengan distribusi yang paling lambat dengan penetrasi vaksinasi dosis pertama di 12,63 persen dan vaksinasi dosis kedua yang mencapai 7,8 persen.
“Ini ada gap yang cukup besar antardaerah dan ini berisiko memperpanjang pandemi Covid-19 karena kita masih harus berhadapan dengan varian yang lebih ganas dan fakta bahwa kekebalan imun masih bisa memudar,” tuturnya.
Berdasarkan riset Oxford, ambang batas ketahanan vaksin pada 90 hari setelah selesai 2 dosis efikasi Pfizer turun dari 85 persen ke 75 persen dan AstraZeneca turun dari 68 persen ke 61 persen.
“Jika ingin mencapai herd immunity seharusnya ambang batas kekebalan populasi harus merata. Sehingga perlu ada strategi yang tepat, bukan hanya cepat,” tuturnya.
Namun, Andree optimis ke depan kecepatan vaksin mampu untuk menginjak di tertinggi yang diprediksi akan terjadi pada November 2021, karena pada Oktober 2021 Indonesia akan menerima sekitar 85 juta dosis sehingga pada bulan selanjutnya bisa mencapai 2,8 juta suntikan dosis per hari atau secara terperinci mencapai 2.766.204 dosis per hari
Dia melanjutkan, perkembangan sampai saat ini sasaran vaksinasi kita asa 208 juta orang dan karena setiap orang membutuhkan dua dosis vaksin artinya kebutuhan sekitar 416 juta dosis.
“Sudah 8 bulan berjalan baru bisa mencapai 25 persen dari target atau hampir 100 juta dosis, yaitu di 98.966.499 dosis. Jadi, 4 bulan terakhir ini harus menghabiskan 317 juta dosis artinya sekitar 2,5 juta dosis perhari sehingga kemungkinan ini bisa digenjot pada dua bulan terakhir 2021,” kata Andree.