3 Hal
Pada Senin (9/8/2021), ada 108.571 orang yang tercatat meninggal akibat Covid-19 di Indonesia. Kasus kumulatif 3.686.740, dan jumlah orang sembuh dari Covid-19 sebanyak 3.129.661 orang.
Memang, secara statistik jumlah orang yang sembuh lebih tinggi dibanding jumlah kematian. Tapi, angka itu bukan sekadar angka, karena ini menyangkut nyawa manusia.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menyoroti tiga hal terkait tingginya kasus kematian.
Pertama, keberadaan laboratorium yang menjadi tempat tes antigen dan PCR.
Semestinya, laboratorium tidak hanya melakukan tes dan memberi hasil, tetapi juga membuka jalan agar pasien bisa berkonsultasi dengan dokter, sehingga potensi kematian bisa dicegah.
Juga, merujuk pasien ke puskesmas atau rumah sakit. Bukan cuma setelah hasil tes diberikan, disudahi begitu saja, ujarnya melalui Twitter, Jumat (6/8/2021).
Dia memberi contoh, modelnya bisa mirip dengan tes HIV, yakni bersamaan hasil tes keluar dari laboratorium, sudah sepaket dengan konsultasi dan memberi jalan kepada pasien apa saja yang harus dilakukan.
Kedua, soal isolasi mandiri yang menjadi masalah, karena tidak terpantau tenaga medis.
Banyak orang yang melakukan isoman, tapi tidak punya pengetahuan cukup, dan sebenarnya memerlukan konsultasi dengan dokter.
Layanan telemedicine bisa menjadi jawaban untuk hal itu, maka telemedicine harus diadopsi luas di seluruh daerah.
Ketiga, pihak rumah sakit diimbau terus membuka dan merespons laporan dari puskesmas. Pasalnya, berdasarkan laporan dari lapangan, ternyata puskesmas dan pasien kesulitan menghubungi hotline rumah sakit.
Mereka mencoba menghubungi namun tidak ada yang mengangkat. Akibatnya, ambulans dari puskesmas tidak bisa jalan ke rumah sakit. Pasien pun tidak tertangani dan akhirnya meninggal.
Jadi, angka kematian yang rendah dibanding angka kesembuhan bukanlah hal yang baik. Pun begitu angka kesembuhan tinggi bukan pula suatu prestasi, karena mereka yang sembuh itu merasakan sakit dan dampak sakit dari sisi sosial (dijauhi dan pergunjingan karena Covid-19 oleh sebagian orang aib).
Dari dampak ekonomi karena tidak bisa bekerja, harus menjalani isoman selama 14 hari. Isoman berlanjut, jika hasil PCR tidak kunjung negatif. Tentunya hal ini berimbas pada penghasilan individu maupun keluarga.