Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Rizal Ramli, mengungkap cerita di balik lengsernya Presiden RI Ke-4 itu.
Rizal mengisahkan hal itu dalam diskusi “20 Tahun Pemakzulan Gus Dur: Siapa Sang Dalang?” di kanal Youtube Reffly Harun, Kamis (22/7/2021),
Dia menceritakan, bahwa Wapres Megawati Soekarnoputri memanggil dirinya ke kantor wapres di kawasan Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusa, sebulan sebelum Gus Dur lengser.
Kala itu, ujarnya, Megawati menangis tersedu-sedu akibat ucapan Gus Dur. Ucapan itu membuat suami Megawati, almarhum Taufik Kiemas dan putrinya Puan Maharani sangat marah.
Megawati pun tidak terima ucapan Gus Dur itu. Tapi, Rizal tidak mengungkap seperti apa kalimat atau ucapan yang menimbulkan amarah tersebut.
Dia hanya mengatakan hal itu adalah masalah pribadi. Dan, Megawati berujar tidak akan membantu Gus Dur, bila terjadi sesuatu di DPR termasuk interpelasi, jika dalam waktu 2 pekan tidak meminta maaf.
Baca Juga
Rizal menyebut, bahwa Megawati membantu Gus Dur ketika DPR mengajukan interpelasi pertama, agar tidak terjadi sesuatu pada pemerintahan.
“Saya pun menelepon sohib Gus Dur, Pak Alwi Shihab supaya ke Istana dan membujuk Gus Dur untuk minta maaf. Namun, Gus Dur tidak mau minta maaf, karena merasa benar,” ucap Rizal.
Selanjutnya, Rizal meminta putri Gus Dur yakni Yenny Wahid untuk membujuk ayahnya sendiri. Tak lama berselang, Rizal sendiri datang ke Istana membujuk, namun Gus Dur tetap tidak mau minta maaf,” papar Rizal.
“Hubungan saya seperti teman, bapak dan anak, saya peluk dia, dan bilang jatuh ini pemerintahan kalau tidak minta maaf. Gus tak usah campur kalau bukan urusan negara, tapi akhirnya berjalan proses pemakzulan,” tukas Rizal yang juga menjabat Kepala Bulog di era Gus Dur.
Setelah itu, ujarnya, berjalan proses pemakzulan Gus Dur termasuk tank Kostrad turun ke Monas dan moncongnya diarahkan ke Istana.
Seperti diketahui pemerintahan Gus Dur dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001.
Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.