Bisnis.com, JAKARTA – Tim peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mempelajari asal-usul Covid-19 tengah menyelidiki seorang wanita Italia yang kemungkinan sebagai Covid-19 patient zero.
Wanita berusia 25 tahun itu pernah mengunjungi rumah sakit Milan dengan keluhan sakit tenggorokan dan lesi kulit pada November 2019, sebelum Covid-19 pertama kali teridentifikasi di kota Wuhan, China.
Penelitian yang diterbitkan pada Januari 2021, menemukan sampel kulit yang ditinggalkan wanita itu menghasilkan jejak virus corona ketika diuji lebih dari enam bulan kemudian.
Melansir dari Daily Mail, Kamis (15/7/2021), para ilmuwan mengatakan kasus wanita itu menunjukkan bahwa virus itu beredar di China dan di tempat lain jauh sebelum klaster pertama meledak di pasar Huanan, Wuhan pada Desember 2019. Namun, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah tidak ada yang mengetahui identitas wanita asal Italia itu.
The Wall Street Journal melaporkan fasilitas yang mengawasi kasusnya yaitu rumah sakit Policlinico Milan dan Universitas Milan, mengatakan pihaknya tidak memiliki rincian identitasnya.
Sementara Raffaele Gianotti, dokter kulit yang merawatnya, meninggal pada Maret beberapa hari sebelum WHO memimpin.
Para peneliti mengatakan dengan memeriksa kasus-kasus yang diduga sebelumnya dapat membantu memperkuat garis penyebaran awal virus. Oleh sebab itu, tim meminta bank darah di beberapa negara untuk menguji sampel dari akhir 2019 untuk mengetahui adanya antibodi virus corona.
Tes darah yang diambil dari wanita asal Italia pada Juni 2020 dinyatakan positif sebagai antibodi virus corona.
The Wall Street Journal melaporkan, ketika pandemi melanda Italia pada awal 2020, Dr. Gianotti melihat kembali melalui sampel kulit untuk mencari jejak Covid-19.
Dr. Gianotti melakukan dua tes, yang keduanya menemukan protein strike dan cangkang protein tetapi sampel terlalu terdegradasi untuk melakukan tes ketiga.
Tes ketiga ini memungkinkan Dr. Gianottii untuk mengurutkan virus secara genetik dan memberikan konfirmasi lebih pasti bahwa wanita asal Italia itu memang memiliki Covid-19.
“Saya kecewa hanya karena satu hal, bahwa kami tidak dapat memastikannya dengan teknik ketiga,” kata Massimo Barberis, seperti dikutip Bisnis, Kamis (15/7/2021).
Dr. Barberis menunjukkan sementara darah wanita yang diambil pada pertengahan 2020 dinyatakan positif antibodi, Covid-19 telah melanda Italia Utara pada saat itu, menciptakan kemungkinan bahwa wanita itu mungkin telah terinfeksi tanpa gejala.