Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat dari negara-negara Asean telah menyelesaikan kunjungan ke Myanmar pada Sabtu (5/6/2021). Selama di Myamnar, mereka telah berdiskusi dengan para pemimpin militer tentang jalan menuju perdamaian di negara itu.
Myanmar diketahui telah mengalami pergolakan politik sejak kudeta 1 Februari yang diwarnai kekerasan terhadap pengunjuk rasa prodemokrasi.
Menteri Luar Negeri Kedua Brunei, Erywan Pehin Yusof, dan Sekretaris Jenderal Asean Lim Jock Hoi mengunjungi Myanmar pada hari Jumat dan Sabtu untuk membahas kesepakatan yang dicapai pada pertemuan puncak khusus 10 negara anggota Asean, termasuk penunjukan dan peran utusan khusus yang disepakati pada April lalu, menurut sebuah pernyataan.
Dilansir Bloomberg, Minggu (6/6/2021), menurut pernyataan itu, Erywan juga menyerukan pembebasan semua tahanan politik dan membahas pemberian bantuan kemanusiaan ke negara yang bermasalah itu.
Sejak kudeta, militer Myanmar telah membunuh ratusan orang dalam upaya untuk mengakhiri pembangkangan sipil yang meluas oleh mahasiswa, pegawai negeri dan beberapa diplomat asing.
Kerusuhan telah membuat ekonomi terjun bebas, dengan penghentian pekerjaan yang terus-menerus mengganggu bisnis dan investor asing menolak negara itu.
Baca Juga
Pada pertemuan puncak khusus pada April, pemimpin kudeta Min Aung Hlaing menyetujui proses dialog dan mencapai konsensus tentang penghentian segera kekerasan, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut.
Menurut sekutu yang telah menyatakan keprihatinan, junta Myanmar telah memindahkan pemimpin sipil negara itu, Aung San Suu Kyi dan mantan presiden Win Myint dari tempat tinggal mereka di ibu kota ke lokasi yang tidak diketahui. Keduanya telah ditahan oleh militer sejak kudeta.