Bisnis.com, JAKARTA - Profesor Hasbullah Thabrany, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, menegaskan bahwa dari kacamata ekonomi kesehatan, vaksinasi adalah metode pencegahan yang efisien.
Dia menjelaskan dengan biaya vaksinasi Covid-19, misalnya senilai Rp900.000, maka negara dapat mencegah mencegah penularan penyakit dari satu orang. Menurutnya, nilai itu relatif kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk merawat pasien yang terkena Covid-19.
Apalagi, kata dia, rata-rata masa perawatannya memerlukan waktu 9-10 hari. "Biaya vaksinasi lebih efisien. Apabila kita bekerja sehari mampu menghasilkan Rp500.000 maka kita bisa kehilangan potensi penghasilan Rp5 juta akibat dirawat Covid-19,” jelasnya seperti dilansir laman resmi KPCPEN, Jumat (28/5/2021).
Hasbullah juga menjelaskan akibat Covid-19, anggaran belanja negara defisit hingga lebih dari Rp1.000 triliun rupiah. Pandemi Covid-19 yang tidak teratasi, sebut dia, membuat perekonomian tidak bergerak.
Dengan demikian, dia menilai seluruh masyarakat adalah korban Covid-19. "Pemerintah sadar betul apabila masyarakat tidak dipulihkan kesehatannya, serta perilaku masyarakat tidak didisiplinkan, ekonomi menjadi sulit bergerak. Pemerintah pun berinvestasi dengan vaksinasi dan melalui 3T,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah telah menjalankan program vaksinasi nasional sejak Januari 2021. Upaya ini merupakan salah satu langkah memulihkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Pemulihan kesehatan juga berdampak bagi pemulihan ekonomi dan kembalinya produktivitas masyarakat seperti semula.
“Protokol kesehatan (Prokes) adalah elemen yang sangat penting selama masih ada pandemi Covid-19. Prokes tetap jalan terus meskipun program vaksinasi sudah berjalan seperti saat ini,” ujar Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Pemerintah dalam kesempatan yang sama.
Reisa juga berpesan agar masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk divaksinasi, “Kalau masyarakat sudah berkesempatan untuk divaksinasi, manfaatkanlah vaksin tersebut jangan ditunda dan jangan ragu karena berita yang belum pasti kebenarannya,” imbaunya.