Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan Diplomat G7 Soroti Keburukan China

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tampak mulai memengaruhi negara lain untuk melihat gangguan yang ditimbulkan oleh China.
Para kepala negara anggota G7/Reuters
Para kepala negara anggota G7/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil pertemuan hari kedua anggota Group of Seven (G-7) di London pada Rabu (5/5/2021) mulai mengerucut ke arah melawan China dengan menyoroti beberapa isu seperti kekerasan di Xinjiang dan dukungan terhadap Taiwan.

Dilansir dari Bloomberg, pernyataan akhir pertemuan diplomat tertinggi negara G7 menyatakan dorongannya terhadap China sebagai kekuatan dan ekonomi besar dengan kemampuan teknologi terdepan, agar berpartisipasi secara konstruktif dalam sistem internasional berbasis aturan.

Pernyataan tersebut mengacu secara khusus terkait dengan perlakuan terhadap muslim etnis Uighur. Mereka juga menyatakan dukungan terhadap Taiwan dalam forum WHO.

“Kami terus prihatin terhadap pelanggaran dan kekerasan di Xinjiang dan Tibet, yang khususnya menargetkan orang-orang Uighur, kelompok etnis dan agama minoritas, dan adanya kamp pendidikan politik, dan laporan tentang sistem kerja paksa dan sterilisasi paksa,” kata para menteri.

Anggota G7 juga menegur tindakan Rusia yang dinilai merusak sistem demokrasi negara lain. Mereka kembali meminta investigasi terkait dengan tindakan meracuni Alexey Navalny.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tampak mulai memengaruhi negara lain untuk melihat gangguan yang ditimbulkan oleh China. Jerman, Prancis, dan Italia mulai merapat ke administrasi Biden, meski belum terlalu tampak.

Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS mengungkapkan dalam pertemuan 90 menit tersebut juga membahas bagaimana China memengaruhi negara lain melalui kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) infrastructure initiative.

Anggota G7 menyatakan sepakat untuk bekerja sama mendorong ketahanan ekonomi global dalam menghadapi kebijakan dan praktik ekonomi yang sewenang-wenang dan memaksa.

“Kami mendesak China untuk menanggung dan memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang sesuai dengan peran ekonomi globalnya," seperti dikutip dari pernyataan.

Beberapa poin terkait dengan isu geopolitik yang dibahas di antaranya adalah krisis hak asasi manusia dan politik di Belarus pada pilpres 2020, Korea Utara, Balkan Barat dan dukungan untuk pembukaan resmi negosiasi Uni Eropa dengan Albania dan Makedonia Utara, serta soal kudeta militer Myanmar.

Pertemuan diplomat yang berlangsung pada 3-4 Mei ini merupakan awal dari pertemuan para pemimpin negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa) di Cornwall, Inggris pada 11-13 Juni mendatang. Pertemuan ini akan membahas soal pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper