Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digitalisasi Candi Borobudur, LIPI Gandeng Universitas dari Jepang

LIPI menggandeng Pusat Riset Kesenian, Ritsumeikan Unversity, Jepang untuk digitalisasi dan visualisasi 3D Candi Borobudur.
Petugas Balai Konservasi Borobudur menyemprotkan disinfektan pada sebuah stupa Candi Borobudur untuk mengantisipasi Virus Corona (Covid-19)./Antara-Heru Suyitno
Petugas Balai Konservasi Borobudur menyemprotkan disinfektan pada sebuah stupa Candi Borobudur untuk mengantisipasi Virus Corona (Covid-19)./Antara-Heru Suyitno

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Pusat Riset Kesenian, Ritsumeikan Unversity, di Kyoto Jepang untuk menerapkan digitalisasi dan visualisasi 3D Candi Borobudur. Adapun, riset pada Candi Borobudur juga dilakukan bersama dengan Balai Konservasi Borobudur.

Kepala Pusat Penelitian Kebudayaan LIPI Ganewati Wuryandari mengatakan bahwa upaya digitalisasi dan visualisasi 3 dimensi pada Candi Borobudur bertujuan mengelolanya sebagai warisan budaya.

“Digitalisasi jadi solusi untuk mengelola warisan budaya, karena jadi makin efisien. Perekaman warisan budaya di Indonesia menjadi cara baru pemanfaatan teknologi digital untuk warisan budaya. Ini penting, tidak hanya untuk aspek ekonomi, tapi juga untuk kepentingan lainnya, seperti entertainment, dan pariwisata,” kata Ganewati pada webinar, Kamis (22/4/2021).

Ganewati menyebutkan, selama ini kegiatan pencatatan warisan budaya di Candi Borobudur masih terbatas. Dengan demikian, diperlukan kajian dan pelatihan mendalam, untuk memperluas informasi dan interpretasi kajian budaya yang terdapat di Candi Borobudur.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid berharap bahwa kerja sama yang dilakukan untuk digitalisasi warisan budaya bisa dilanjutkan di lokasi lainnya, serta hasil penelitiannya bisa dimanfaatkan oleh publik.

“Dengan adanya digitalisasi dengan membuat citra 3D, ini kita terbantu untuk pengerjaan konservasi dan terbantu untuk memastikan keawetan Candi Borobudur,” kata Hilmar.

Kemudian, citra 3D juga akan mempermudah konservasi untuk melakukan identifikasi kerusakan, mengingat Borobudur dibangun di atas bukit yang sangat goyah.

“Dengan adanya citra ini jadi terukur dengan baik sehingga bisa antisipasi dan memastikan kalau ada pergeseran tanah atau perubahan-perubahan yang terjadi,” imbuh Hilmar.

Selain itu, terkait dengan monitoring, digitalisasi membuat Candi Borobudur bisa terus diawasi secara real time dari waktu ke waktu.

“Digitalisasi dan visualisasi 3D ini bisa menghadirkan nilai luar biasa dari Borobudur secara lebih optimal. Hal-hal yang tadinya informasinya masih terbatas, dengan Citra 3D ini informasinya jadi lebih luas. Kita bisa menghadirkan borobudur dalam VR [virtual reality], menambah AR [augmented reality], kemudian memperluas eksperimen di Candi borobudur,” jelasnya.

Visualisasi 3D juga dapat memberikan sudut pandang yang berbeda bagi para peneliti. Jika sebelumnya hanya mengandalkan data yang ada, seperti foto-foto dan luas bangunan. Sekarang ada data baru yang sehingga dapat membuka diskusi interpretasi Borobudur lebih jauh.

“Borobudur tidak hanya dihias sebagai monumen dari masa lalu, tapi bisa dimanfaatkan juga untuk kepentingan ilmiah dan leisure,” ujar Hilmar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper