Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menanggapi isu terkait Kamus Sejarah yang sedang ramai dibincangkan.
Kamus tersebut dinilai menghilangkan jejak tokoh pendiri Nadhlatul Ulama (NU) Kiai Haji Hasyim Asy’ari.
“Terkait dengan isu kamus sejarah, ini disusun tahun 2017 sebelum saya menjabat. Karenanya, di bulan suci ini baiknya kita menyikapi permasalahan dengan akal sehat, kepala dingin, dan dengan solusi,” ujar Mendikbud melalui video yang diunggahnya di Instagram, Rabu (21/4/2021).
Mendikbud juga menegaskan Kemendikbud langsung mengambil langkah konkret dengan menugaskan Dirjen Kebudayaan segera menyelesaikan permasalahan pada kamus yang belum terbit tersebut dan segera melakukan koreksi.
“Saya perintahkan langsung tim Kemendikbud untuk melakukan penyempurnaan kamus yang sempat terhenti, dilanjutkan dengan lebih cermat secara teknis dan mewadahi masukan dari berbagai kepentingan termasuk NU,” ujarnya.
Nadiem memastikan Kemendikbud tidak pernah berniat menghilangkan jejak sejarah.
Dia menyebut, Kemendikbud memastikan komitmen penghormatan atas nilai-nilai sejarah dan perjuangan tokoh-tokoh bangsa, termasuk KH. Hasyim Asy’ari dan para tokoh penerusnya.
“KH. Hasyim Asy’ari adalah kiai, guru, dan panutan yang telah menorehkan sejarah panjang pengembangan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang lahir dari buah pemikiran beliau akan menjadi pilar terpenting dalam setiap lini kemajuan bangsa,” imbuh Nadiem.
Nadiem menegaskan bahwa bangsa ini berhak mengetahui tokoh-tokoh yang berjasa mendirikan dan membangun negeri.
Hal itu juga membuat Kemendikbud mendirikan Museum Islam Hasyim Ashari di Jombang dan menerbitkan buku KH Hasyim Ashari berjudul “Pengabdian Seorang Kiai untuk Negeri” dalam rangka 109 tahun Kebangkitan Nasional.
“Saya memohon restu agar kamus sejarah yang belum pernah dimiliki negara ini dapat kita lanjut sempurnakan bersama agar nantinya memberikan manfaat untuk semua,” kata Nadiem.
Seperti disampaikan dalam konferensi pers secara virtaul, Selasa (20/4/2021) nama pendiri NU itu tidak terdapat pada entry atau lema Kamus Sejarah Indonesia yang belum final.
Namun, isi buku tersebut sudah dipublikasikan lewat website rumah belajar.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan yang semestinya tidak terjadi. Ke depan akan dilakukan penyempurnaan dengan melibatkan semua unsur termasuk organisasi besar seperti NU.