Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minta Setop Kekerasan di Myanmar, Paus Fransiskus Rela Berlutut di Jalan

Paus Fransiskus mengatakan bahwa dirinya akan berlutut di jalan-jalan Myanmar dan menyerukan agar kekerasan dihentikan.
SusterAnn Nu Thawng tampak berlutu untuk memohon aparat menghentikan kekerasan kepada pendemo di Myanmar, Minggu (28/2/2021)/Twitter-@CardinalMaungBo
SusterAnn Nu Thawng tampak berlutu untuk memohon aparat menghentikan kekerasan kepada pendemo di Myanmar, Minggu (28/2/2021)/Twitter-@CardinalMaungBo

Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus meminta agar pertumpahan darah di Myanmar diahkiri. Hal itu  disampaikannya pada akhir audiensi mingguannya, Rabu (17/3/2021) yang dilangsungkan secara virtual dari perpustakaan Vatikan karena pembatasan Covid-19.

Paus bernama asli Jose Mario Bergoglio itu mengatakan bahwa dirinya akan berlutut di jalan-jalan Myanmar dan menyerukan agar kekerasan dihentikan.

"Sekali lagi dan dengan penuh kesedihan saya merasakan urgensi untuk berbicara tentang situasi dramatis di Myanmar, di mana banyak orang, kebanyakan dari mereka yang masih muda, kehilangan nyawa mereka untuk memberi harapan kepada negara mereka," kata Paus Fransiskus.

Sejak kudeta dilancarkan militer Myanmar terhadap pemerintahan sipil pada 1 Februari 2021, lebih dari 180 pengunjuk rasa dilaporkan tewas ketika pasukan keamanan mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi di seluruh negeri.

"Bahkan saya (akan) berlutut di jalan-jalan Myanmar dan berkata 'hentikan kekerasan'. Saya (akan) membuka tangan saya dan berkata 'biarkan dialog menang'," tutur paus, dalam kalimat yang menggambarkan apa yang telah dilakukan para pengunjuk rasa.

Paus Fransiskus mungkin merujuk pada video dan foto seorang biarawati Katolik yang memohon sambil berlutut agar pasukan keamanan tidak menembaki para pengunjuk rasa minggu lalu di kota Myitkyina, Myanmar. Dokumentasi itu kemudian menjadi viral di internet.

Biarawati itu, Suster Ann Rose Nu Tawng, kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah memberi tahu polisi untuk mengampuni anak-anak dan menembaknya sebagai gantinya. 

Ada kurang dari 800.000 umat Katolik Roma di Myanmar, negara yang mayoritas beragama Buddha.

Paus Fransiskus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, menegaskan bahwa darah tidak menyelesaikan apapun dan dialog harus menang. Pemimpin umat Katolik Roma Myanmar, Uskup Charles Maung Bo juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper