Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantang China di PBB, Inggris Desak Akses ke Xinjiang Dibuka

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga akan menandai kembalinya Inggris ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB sebagai anggota pemungutan suara dengan mengutuk catatan hak sesama anggota dewan China dan Rusia. Raab juga akan menyerukan kekhawatiran tentang Myanmar dan Belarusia.
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019)./ANTARA-M. Irfan Ilmie
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, berolahraga di lapangan voli pelataran asrama, Jumat (3/1/2019)./ANTARA-M. Irfan Ilmie

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris akan menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa agar diberikan akses mendesak ke Xinjiang untuk menyelidiki laporan pelanggaran di wilayah China.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga akan menandai kembalinya Inggris ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB sebagai anggota pemungutan suara dengan mengutuk catatan hak sesama anggota dewan China dan Rusia. Raab juga akan menyerukan kekhawatiran tentang Myanmar dan Belarusia.

Pada persoalan China, Raab akan merujuk pada laporan pelanggaran di Xinjiang, termasuk penyiksaan, kerja paksa, dan sterilisasi paksa terhadap wanita.

"Itu terjadi dalam skala industri. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, atau ahli pencari fakta independen lainnya, harus diberikan akses yang mendesak dan tidak terkekang ke Xinjiang," katanya, dilansir Channnel News Asia, Senin (22/2/2021).

China telah dikecam secara luas karena mendirikan kompleks di Xinjiang yang digambarkan Beijing sebagai pusat pelatihan kejuruan, untuk membasmi ekstremisme dan mengajarkan keterampilan baru. Pengkritik China menyebut tempat tersebut sebagai kamp konsentrasi.

PBB mengatakan bahwa setidaknya 1 juta orang Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di Xinjiang.

Selain itu, Raab juga akan mengangkat perlakuan terhadap kritikus Kremlin Alexei Navalny, krisis di Myanmar dan situasi di Belarusia.

Dia akan menjabarkan langkah-langkah yang diambil Inggris untuk mengatasi masalah ini, seperti sanksi, dan mendorong negara lain untuk mengikutinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Channnel News Asia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper