Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luruskan Pernyataan Luhut, Kemenko Marves: Integrasi Data Masih Jadi PR

Hal itu diungkapkan Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi  ketika memberikan penjelasan terkait pernyataan Menko Marves Luhut Pandjaitan ihwal 2 juta data yang belum terinput.
Petugas kesehatan memeriksa spesimen untuk pemeriksaan Covid-19 di laboratorium kesehatan./Antara
Petugas kesehatan memeriksa spesimen untuk pemeriksaan Covid-19 di laboratorium kesehatan./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengakui integrasi data masih menjadi permasalahan dalam upaya penanganan virus Corona atau Covid-19 di Tanah Air.

Hal itu diungkapkan Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi  ketika memberikan penjelasan terkait pernyataan Menko Marves Luhut Pandjaitan ihwal 2 juta data yang belum terinput akan membuat positivity rate kasus Covid-19 di Indonesia akan menurun.

Menurutnya, sejak awal Menko Luhut fokus pada integrasi sistem manajemen yang baik, sehingga data yang disampaikan bisa faktual dan nyata.

Dengan momentum pandemi Covid-19 ini, pemerintah juga terus mendorong perwujudan big data kesehatan yang menampung dan mengintegrasikan berbagai sumber data kesehatan, seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, vaksin, dan lain sebagainya.

“Memang ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Tapi Menko Luhut melihat pandemi ini sebagai momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem database kita, bukan hanya di bidang kesehatan, tapi lainnya juga. Supaya ke depan kita bisa punya sistem manajemen data yang baik,” jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (6/2/2021).

Dalam keterangan resmi itu, Jodi memberikan penjelasan atas pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dalam pertemuan dengan Wamenkes, ahli kesehatan dan epidemiolog yang berlangsung secara virtual pada Kamis (4/2/2021). Saat itu, Menko Luhut yang menyampaikan bahwa masih ada hampir 2 juta data atau mungkin lebih data yang belum dientri.

Jodi meluruskan, 2 juta data tersebut bukan data kasus positif yang ditutupi, melainkan kasus negatif yang belum terlaporkan. Pasalnya, selama ini banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan, sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

“Sebenarnya bukan 2 juta kasus positif yang belum masuk. Namun, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium karena jumlah tes yang besar dan tenaga entri terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti,” jelasnya.

Menurut Jodi, sejumlah pihak salah menangkap maksud dari apa yang disampaikan Menko Luhut dalam pertemuan virtual dengan epidemiolog. Dia mengklaim data itu akan berpengaruh pada positivity rate Covid-19 karena 2 juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

“Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” ujar Jodi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper