Bisnis.com, JAKARTA - AstraZeneca Plc akan mengirimkan 9 juta dosis vaksin tambahan ke Uni Eropa pada kuartal pertama tahun ini saat blok tersebut mencoba menjalankan proses vaksinasi yang kacau.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan bahwa perusahaan itu akan memulai pengiriman satu minggu lebih awal dari yang dijadwalkan dan memperluas produksinya, menambah total pengiriman menjadi 40 juta, setengah dari yang diharapkan UE dari Astra.
Sebelumnya, AstraZeneca memicu krisis pada 22 Januari lalu ketika mengatakan bahwa renovasi pabriknya di Belgia akan menyebabkan pengiriman ke UE pada kuartal ini akan dibatasi secara signifikan. Akibatnya, UE yang mendapat kecaman karena lambatnya peluncuran program vaksinasi nasional, mengatakan akan mulai membatasi ekspor vaksin jika pembuat obat gagal memenuhi target pengiriman.
Insiden ini menempatkan UE dan industri farmasi di posisi yang berseberangan dan telah memicu kekhawatiran bahwa gelombang nasionalisme vaksin dapat menghambat upaya untuk memerangi pandemi. Program vaksinasi blok tersebut dan upayanya untuk memperbaiki kesalahan awal telah menuai kritik dari banyak pihak, termasuk dari perusahaan seperti AstraZeneca.
"Kami ingin 70 persen dari populasi orang dewasa divaksinasi pada akhir musim panas," kata von der Leyen, dilansir Bloomberg, Senin (1/2/2021).
Seorang juru bicara Astra menolak berkomentar tentang pengiriman tambahan tersebut. Chief Executive Officer Astra Pascal Soriot mengatakan pada 29 Januari bahwa perusahaan berupaya mendapatkan lebih banyak pasokan dari seluruh dunia untuk meningkatkan pengiriman ke UE, menambahkan bahwa
Baca Juga
"Kami bekerja 24 jam, 7 hari seminggu, untuk meningkatkan kapasitas ini," katanya.
Sejauh ini, 27 negara anggota UE telah memberikan hanya 2,6 dosis vaksin per 100 orang, jauh di belakang 12,5 dosis di Inggris dan 8,8 di AS. Peluncuran yang lambat telah menempatkan UE dalam posisi defensif dan menimbulkan keraguan serius atas kemampuan blok tersebut untuk memenuhi target inokulasi yang ambisius.
Otoritas Jerman juga berada di bawah tekanan untuk memulai program vaksin yang awalnya lambat dan menghadapi kekurangan pasokan. Dalam upaya untuk mempercepat, Kanselir Angela Merkel akan bertemu dengan para pemimpin regional dan perwakilan dari perusahaan farmasi, serta Uni Eropa.
AstraZeneca akan menjadi vaksin ketiga yang tersedia di UE setelah suntikan dari Pfizer Inc. dan Moderna Inc., berpotensi mengurangi kekurangan suntikan karena Inggris dan AS dalam vaksinasi.
Berita tentang dosis tambahan datang tak lama setelah UE mengatakan mengambil langkah untuk meningkatkan kesiapsiagaan pandemi, mengutip risiko yang ditimbulkan oleh varian Covid yang mengurangi kemanjuran vaksin.
Von der Leyen kemarin mengadakan panggilan video dengan kepala eksekutif perusahaan farmasi termasuk AstraZeneca dan Moderna untuk membahas bagaimana vaksin dapat lebih cepat digunakan, diproduksi dan disetujui di masa depan.
"Pandemi menyoroti bahwa kapasitas manufaktur adalah faktor pembatas. Penting untuk mengatasi tantangan ini," kata komisi itu dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan bahwa munculnya varian baru yang mengkhawatirkan meningkatkan ancaman segera dari penurunan kemanjuran vaksin yang baru-baru ini disetujui.