Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Misteri Sinyal SOS Sriwijaya Air SJ182 di Pulau Laki, Ini Analisis Captain Vincent

Pilot sekaligus Youtuber Vincent Raditya atau Captain Vincent menjelaskan fenomena tersebut dalam unggahan video di kanal YouTube yang bertajuk Misteri Sinyal SOS Viral di Pulau Laki! Apa itu SOS?
Sejumlah penyelam TNI AL menarik puing yang diduga turbin dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ke atas KRI Rigel-933 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1/2021)./Antara-M Risyal Hidayat
Sejumlah penyelam TNI AL menarik puing yang diduga turbin dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ke atas KRI Rigel-933 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1/2021)./Antara-M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Media sosial sempat dihebohkan dengan kemuculan sinyal SOS di Pulau Laki, Kepulauan Seribu pada Rabu (20/1/2021). Sinyal yang bertuliskan SOS itu muncul pada aplikasi Google Maps, yang sebelumnya diketahui menjadi lokasi tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182

Banyak warganet yang berharap dengan kemunculan sinyal SOS agar masih ada korban yang selamat dari tragedi pesawat itu. Pilot sekaligus Youtuber Vincent Raditya atau Captain Vincent menjelaskan fenomena tersebut dalam unggahan video kanal YouTube miliknya yang bertajuk "misteri Sinyal SOS Viral di Pulau Laki! Apa itu SOS?", pada Jumat (22/1/2021).

Captain Vincent memaparkan awal mula sinyal SOS muncul pada saat dunia perkapalan. Saat itu, lanjut dia, komunikasi tidak secanggih dengan zaman sekarang.

"Di mana ketika kita ingin berkomunikasi saja itu butuh effort yang sangat besar. Apalagi kita berbicara tentang angkutan transportasi. Jaman dulu belum ada transportasi udara, tapi ada transportasi laut, seperti kapal-kapal yang cukup besar," kata Vincent seperti dikutip, Jumat (22/1/2021).

Vincent memaparkan bahwa pada tahun 1900, sinyal SOS banyak disalahartikan. Jika dilihat dari sejarahnya, arti SOS bukanlah untuk mencari pertolongan.

Menurutnya, sinyal SOS banyak disangka-sangka sebagai Save Our Soul atau sering diartikan sebagai Save Our Ship.

"Memang kalau kita lihat dari singkatannya, bisa jadi dibilang seperti itu," ujarnya.

Dia mejelaskan sinyal SOS dengan kode morse "...---..." merupakan kombinasi dari 3 huruf, yaitu S yang di-coding dengan 3 titik, O yang dikoding dengan 3 garis, dan S lagi dengan 3 titik.

Siapa pun di area yang mendengar morse code ini, lanjutnya, sudah mengetahui bahwa ada kapal yang lagi distress.

"Artian simple [sederhana] seperti itu," imbuhnya.

Setiap negara, sambung dia, memiliki distress code masing-masing. Namun, ketika kapal melintas antar negara, dikhawatirkan ketika salah satu kapal lagi distres, negara lain tidak bisa mengetahui ketika kapal membutuhkan bala bantuan.

Kemudian pada 1906, Komite Internasional menyatakan SOS menjadi standar di seluruh dunia. Sinyal tersebut mulai efektif pada 1908 dimana distress signal di seluruh dunia menjadi SOS.

Dikarenakan teknologi semakin baik, dia menuturkan kode morse sudah tak hanyak digunakan dan diganti dengan kata-kata distress.

"Jadi bukan lagi kode, akan tetapi kata-kata, yaitu Mayday. Mulai tahun 1927, Mayday jadi distress signal yang dikatakan," ujarnya.

Apabila berbicara dengan arti SOS sekarang, maka sinyal tersebut menujukkan kata-kata bahaya, permintaan tolong, atau distress code.

Captain Vincent mengatakan SOS cocok dijadikan sebagai distress signal karena bisa dibaca dari atas ke bawah, bawah ke atas, dari kiri ke kanan, serta kanan ke kiri dengan arti sama.

Melihat adanya sinyal SOS di Pulau Laki pada Google Maps, Vincent mengatakan bahwa Google selalu terasosiasi dengan data. Dengan kata lain, sinyal SOS itu adalah data yang diisi.

"Intinya, siapa pun bisa add places di Google yang bisa diakses oleh semua orang," imbuhnya.

Vincent meminta masyarakat yang tidak berkepentingan pada tragedi pesawat Sriwijaya Air SJ182 agar tidak memasukkan data yang tidak valid karena bisa menyebabkan kekecauan.

"Saya sangat berharap agar orang-orang yang tidak berkepentingan tidak asal memasukkan data yang tidak seharusnya dimasukkan dan menyebabkan chaos. Ini kurang baik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper