Bisnis.com, JAKARTA -- Warganet heboh dengan tanda SOS di Pulau Laki, lokasi yang berdekatan dengan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182. Tanda itu muncul melalui aplikasi Google Maps.
Spekulasi terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air pun bermunculan. Banyak warganet yang kemudian membanjiri akun media sosial Basarnas untuk meminta melakukan pengecekan di sekitar lokasi tanda SOS muncul.
Belakangan tanda SOS hilang. Namun kemudian muncul kata “TOLONGGG”. Hingga berita ini diturunkan Basarnas tengah mendalami mengenai hal tersebut.
Adapun SOS memiliki sejarah panjang. Tanda ini adalah sandi yang disepakati secara internasional sebagai tanda bahaya.
Peristiwa besar yang kemudian semakin mempopulerkan SOS adalah tenggelamnya kapal Titanic pada 1912, kapal dagang milik Inggris Lusitana tahun 1915, dan peristiwa tenggelamnya kapal laut berbendara Italia, SS Andrea Doria, pada 1956.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut informasi mengenai SOS:
- Kode SOS dibuat oleh Samuel Morse. Dalam sandi morse SOS akan berbentuk seperti ini · · · – – – · · · . Kemudian ditetapkan menjadi standar internasional pada 1908.
- Penggunaan pertama yang tercatat dari "SOS" sebagai sinyal bahaya pada Agustus 1909. SS Arapahoe mengirim sinyal karena baling-baling rusak di lepas pantai Cape Hatteras, Carolina utara.
- Banyak yang mengira SOS adalah akronim dari “save our ship” atau “save our souls”. Namun nyatanya SOS bukan merupakan singkatan.
- SOS dipilih karena memiliki sandi morse yang mudah diingat, yakni tiga titik dan tiga tanda garis.
- Sebelum SOS, setiap negara memiliki kode bahaya masing-masing. Hal ini cederung merepotkan karena tidak akan dipahami oleh penerima sinyal apabila berasal dari negara lain.