Bisnis.com, JAKARTA- Bagi peneliti politik dan sejarah PARA Syndicate Virdika Rizky Utama, kegaduhan panggung politik nasional belakangan erat kaitannya dengan move para elit mempersiapkan petarungan pada 2024 kelak. Walaupun kini pandemi Covid-19 belum lagi usai, masing-masing kelompok potensial tengah mengkonsolidasikan kekuatan.
Beberapa kegaduhan politik yang diamati Virdika antara lain buntut kehebohan dari kepulangan Rizieq Shihab. Hingga saat ini, sosok pemimpin Front Pembela Islam (FPI) itu masih disasar berbagai isu seperti ancaman pidana akibat dugaan ujaran kebencian, berulah karena menciptakan kerumunan di tengah penerapan PSBB, hingga kekisruhan pemeriksaan medis.
Kegaduhan seputar Rizieq Shihab juga menyeret nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sikap Anies merespon sepak terjang Imam Besar FPI menuai pro dan kontra. Anies terekam mengunjungi Rizieq Shihab sesaat sampai di Petamburan, Jakarta.
Seturut itu, respon agresif muncul dari pihak TNI. Angkatan Bersenjata menerjunkan prajurit untuk membersihkan baliho dan spanduk FPI dan Rizieq Shihab yang sebelumnya meramaikan jalan-jalan Ibukota dan sekitarnya.
Bahkan, Pangdam Jaya Dudung Abudurrachman melontarkan kecaman terhadap FPI dan Rizieq Shihab lantaran ujaran sang imam serta manuver pengerahan massa. Namun belakangan pihak TNI terkesan melunak.
“Kalau diamati keseluruhan rangkaian tersebut, tampak jelas ada kekuatan yang bermain dan mengarah kepada move politik hingga 2024,” kata penulis buku “Menjerat Gus Dur” tersebut kepada Bisnis.com, Rabu (2/12/2020).
Salah satu nama yang disinggung Virdika yaitu Jusuf Kalla. Menurutnya, kepulangan Rizieq Shihab melibatkan peran mantan wakil presiden Jokowi pada periode pertama tersebut.
“JK berangkat ke Arab sebelum Rizieq dipulangkan, menjaminnnya. Hal inipun sudah diungkap salah satu majalah berita politik belakangan ini,” jelas Virdika.
Salah satu motif mengundang kembali kehadiran MRS (inisial Rizieq Shihab), yaitu memanfaatkan kekuatan islam politik atau kelompok kanan guna mengusung Anies Baswedan yang telah dipersiapkan JK. “JK berpengaruh atas pulangnya Rizieq untuk siapkan Anies pada 2024, mengulang cara 2017 lalu. Cara itu dianggap makin efektif karena politik kanan makin menguat,” tambah Virdika.
Sebaliknya, Virdika mennginformasikan adanya gelagat PDI P tengah berusaha keras mengikis habis citra Anies Baswedan. Terutama, katanya, menggusur sang gubernur dari panggung politik dengan menolak perpanjangan jabatan pada 2022 yang akhirnya akan diisi oleh pelaksana tugas (Plt).
“Dengan ancaman serangan demikian, otomatis kubu JK akan mengarahkan Anies selain diperkuat kelompok politik kanan, dengan mengawinkannya berpasangan dengan sosok dari kalangan TNI,” simpul Virdi.
Walau atas gelagat tersebut muncul kesan terbelahnya TNI, karena di satu sisi PDI P masih memegang komitmen bersama Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024, sebagai citra institusi sangat positif melampaui apa yang telah direngkung institusi Polri selama Jokowi menjabat. “Ini petarungan di lini lainnya, jelas ada singgungan Polri dan TNI, pada masa Jokowi kesannya Polri sangat mengendalikan,” terang Virdika.
Terkait persoalan TNI yang belakangan terlihat gahar terhadap FPI, Virdika mengingatkan bahwa riwayat kemunculan organisasi massa pimpinan Rizieq Shihab justru dibidani TNI/Polri. Artinya, kata Virdika, respon keras tersebut boleh jadi bersifat sementara saja.
Sementara itu, garansi koalisi PDI P dan Prabowo justru berada di ujung tanduk seiring dicokoknya Edy Prabowo selaku Menteri KKP oleh KPK. “PDI P bisa mengerjai dengan menggantikan kursi EP dengan wakil dari bukan Gerindra, ini bakal jadi pemicu retaknya hubungan. Namun Prabowo masih punya opsi untuk keluar dari kabinet dan meraih dukungan kelompok kanan dan mencitrakan diri anti korupsi,” tutup Virdika.
Di tengah polemik yang membelit panggung politik itulah nuansa petarungan 2024 dapat dirasakan. Persoalannya, ada potensi pembelahan masyarakat dan tensi politik yang memanas melebihi Pilpres sebelumnya, di tengah kondisi masyarakat semakin tak berdaya akibat pandemi.