Bisnis.com, JAKARTA - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa AS "siap untuk memimpin" lagi di panggung global dengan mengubah kebijakan sepihak Presiden Donald Trump dan berjanji akan bekerja sama dengan para sekutunya.
Saat memperkenalkan kebijakan luar negeri dan tim keamanan nasional barunya, mantan wakil presiden Partai Demokrat itu mengisyaratkan niatnya setelah menjabat pada 20 Januari.
Biden mengatakan akan menjauhkan Amerika Serikat dari nasionalisme "America First" yang diprakarsai oleh Trump.
Petahana dari Partai Republik itu telah meresahkan banyak sekutu AS, di Eropa dan di tempat lain, dengan pendekatan antagonis terhadap aliansi NATO dan hubungan perdagangan serta pengabaian perjanjian internasional.
Bahkan, Trump memilih menjalin hubungan hangat dengan para pemimpin otoriter.
Biden mengatakan, bahwa timnya yang mencakup ajudan terpercaya Antony Blinken sebagai calon menteri luar negeri AS, akan melepaskan apa yang digambarkan presiden terpilih sebagai "pemikiran lama dan kebiasaan yang tidak berubah" dalam pendekatannya terhadap hubungan luar negeri.
Baca Juga
"Ini adalah tim yang mencerminkan fakta bahwa Amerika telah kembali, siap untuk memimpin dunia, siap untuk menghadapi musuh kita dan tidak menolak sekutu. Kami siap untuk menjaga nilai-nilai kami," kata Biden pada acara di kampung halamannya di Wilmington, Delaware seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (25/11/2020).
Biden juga telah menunjuk Jake Sullivan sebagai penasihat keamanan nasional, Linda Thomas-Greenfield sebagai Duta Besar AS untuk PBB, Alejandro Mayorkas sebagai sekretaris keamanan dalam negeri, John Kerry sebagai utusan untuk isu-isu terkait iklim.
Mereka muncul bersama Biden dan menyampaikan pesan masing-masing.
Kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Biden kemungkinan besar akan mengambil lebih banyak pendekatan multilateral dan diplomatik yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan Washington dengan sekutu utama AS, dan membuat jalan baru dalam masalah-masalah seperti perubahan iklim.
Biden mengatakan, bahwa 20 pemimpin dunia sangat menantikan Amerika Serikat untuk menegaskan kembali peran bersejarahnya sebagai pemimpin global.
Janjinya untuk merangkul aliansi, termasuk di kawasan Asia-Pasifik, menyusul memburuknya hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan China, dua ekonomi teratas dunia yang telah memicu Perang Dingin.