Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Survei LIPI: Demokrasi Indonesia Menurun dari 5 Tahun Lalu, Lho Kok Bisa?

Sebanyak 30 persen responden menilai demokrasi Indonesia lebih buruk dan 28 persen menilai tidak ada perubahan alias sama saja.
Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (20/10/2020) dalam rangka unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja./Bisnis-Aprianus Doni
Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (20/10/2020) dalam rangka unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja./Bisnis-Aprianus Doni

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil Survey Ahli Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menilai demokrasi Indonesia pada saat ini stagnan dan bahkan mengalami kemunduran jika dibandingkan dengan lima tahun lalu.

Kepala Pusat Penelitian Polilik (P2P) LIPI Firman Noor menyampaikan bahwa 30 persen responden menilai demokrasi Indonesia lebih buruk dan 28 persen menilai tidak ada perubahan alias sama saja.

“Keberadaan orang kuat itu menentukan dalam kehidupan politik kita sehingga masyarakat itu hanya boneka. Politisi yang kelihatan itu kebanyakan adalah boneka, sehingga tidak salah kalau kemudian dikatakan bahwa raut politik kita itu sebetulnya hanya ditentukan oleh segelintir orang saja,” ujarnya dalam Webinar Kebangsaan, dikutip dari YouTube PKSTV, Jumat (20/11/2020).

Lebih lanjut, sebelum sistem demokrasi Indonesia semakin melenceng dari ruh konstitusi dan amanat reformasi, dia mengingatkan agar partisipasi politik dari setiap warga negara harus terus dilanjutkan.

Pasalnya, partisipasi politik politik adalah esensi demokrasi yang penting. Namun, partisipasi yang dibangun harus independen, taat hukum, dan didasarkan pada rasionalitas yang obyektif.

Hanya saja, Firman tidak memungkiri bahwa partisipasi politik yang seperti itu akan membuka jalan terhadap perbedaan sikap dan pandangan dengan penguasa.

“Jadi memang demokrasi dengan partisipasinya kerap menimbulkan keriuhan ketimbang satu pemerintah otoriter yang tenang tapi menghanyutkan dan menghancurkan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper