Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan tak ada alternatif selain menerapkan lockdown untuk menangani penyebaran virus Corona di Inggris.
Menurut Johnson seluruh fasilitas kesehatan sudah penuh dan Inggris berencana melakukan tes di seluruh kota untuk mencari akar pembawa virus tersebut.
Perdana Menteri Inggris itu juga membantah ketika dikritik bahwa dirinya terlalu lamban beraksi dalam pencegahan penyebaran virus.
Johnson mengatakan bahwa dirinya sudah memberikan yang terbaik untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Inggris.
Johnson mengatakan bahwa bar, restoran, toko nonesensial, dan pusat kebugaran akan ditutup selama sebulan dan melakukan pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.
Namun, ujar Johnson, sekolah dan TK akan tetap dibuka.
Baca Juga
Johnson menegaskan, apabila aturan pembatasan tersebut tak segera dilakukan, angka kematian akibat Covid-19 di Inggris bisa naik dua kali lipat dibandingkan pada gelombang pertama.
“Melihat angka dan data terakhir, tak ada alternatif selain lockdown dan harus ada langkah yang diambil selevel nasional. Kalau fasilitas kesehatan boleh dibiarkan penuh, dokter dan perawat harusnya boleh memilih mana pasien yang mau dirawat, siapa yang harus hidup dan mati,” kata Johnson, dilansir Bloomberg, Selasa (3/11/2020).
Kendati demikian, langkah Johnson tersebut masih ditentang sebagian masyarakat Inggris, termasuk dari beberapa rekanya di Partai Konservatif.
Mantan Anggota Parlemen Charles Walker memperingatkan bahwa Inggris sedang hanyut ke dalam negara koersif otoriter dengan memberlakukan tindakan tersebut.
Namun, Johnson tetap pada pendiriannya, menegaskan bahwa fokus pemerintah saat ini adalah melakukan testing massal, mengarah pada tes yang murah, tepercaya, cepat, terus menerus yang bisa dilakukan di sekolah dan di mana saja sehingga perekonomian bisa tetap berjalan sebelum adanya vaksin setidaknya mulai tahun depan.