Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Dorong Relokasi Pabrik ke Asean dari China

Pemerintah Jepang mengaku tujuannya adalah agar perusahaan memperluas jumlah negara tempat mereka beroperasi di luar negeri, bukan untuk membujuk mereka meninggalkan negara tertentu.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menjadi salah satu calon kuat untuk penganti Shinzo Abe/Bloomberg
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menjadi salah satu calon kuat untuk penganti Shinzo Abe/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Jepang akan secara signifikan meningkatkan program yang mendorong pebisnis untuk merelokasi produksi ke Asia Tenggara dalam rangka mendiversifikasi rantai pasokan yang selama ini terlalu bergantung pada China.

Pemerintah akan memberikan subsidi hingga setengah dari biaya investasi di Asean untuk perusahaan besar dan hingga dua pertiga untuk bisnis kecil.

Subsidi relokasi ini berlaku untuk produk yang manufakturnya cenderung terkonsentrasi di negara tertentu.

Tujuannya adalah agar perusahaan memperluas jumlah negara tempat mereka beroperasi di luar negeri, bukan untuk membujuk mereka meninggalkan negara tertentu.

Meskipun China tidak disebutkan secara spesifik dalam rencana tersebut, tetapi jelas tujuannya Jepang adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap Negeri Tirai Bambu.

Program relokasi tersebut sebenarnya tidak menyebut nama China, karena melakukan hal itu dapat berisiko membuka Tokyo terhadap kritik bahwa kebijakan ini akan mendistorsi perdagangan bebas.

Perdana Menteri Yoshihide Suga akan mengumumkan rencana tersebut selama kunjungannya ke Vietnam bulan ini, lebih jauh menggarisbawahi pentingnya Asia Tenggara dalam perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai pemimpin Jepang.

Dalam kunjungannya ke Asean, Suga akan singgah di Indonesia. Perjalanan ini akan digunakan untuk menyerukan langkah-langkah untuk mempromosikan investasi di Asia Tenggara.

Dikutip dari Nikkei Asia, program tersebut ditujukan secara khusus untuk mendukung proyek-proyek yang melibatkan perluasan jaringan produksi ke Asean.

Di sisi lain, membangun pabrik baru di negara Asia Tenggara sambil meninggalkan kapasitas di China, misalnya, akan dianggap sebagai bentuk diversifikasi yang memenuhi syarat.

"Rencana tersebut seharusnya tidak menimbulkan masalah di bawah aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) selama memiliki standar objektif untuk memberikan dukungan, daripada mensubsidi perusahaan tertentu," kata Yorizumi Watanabe, profesor ekonomi politik internasional di Universitas Studi Internasional Kansai, Jepang.

Asia Tenggara adalah tujuan yang menarik bagi pabrikan dari segi biaya. Kompensasi tahunan rata-rata untuk pekerja manufaktur adalah US$5.956 di Indonesia dan US$4.041 di Vietnam, dibandingkan dengan hampir US$10.000 di China, menurut Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang.

Bahkan sebelum menjadi perdana menteri, Suga menekankan perlunya mengatasi ketergantungan berlebihan pada rantai pasokan di negara-negara tertentu, dengan alasan para pembuat mobil terpaksa menutup pabrik ketika mereka tidak dapat mengambil suku cadang dari China pada awal wabah virus Corona terjadi.

Pemerintah kemungkinan besar akan menyisihkan sejumlah besar uang dalam anggaran tambahan ketiganya untuk program tersebut guna menandai pentingnya program tersebut sebagai inisiatif kebijakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper