Bisnis.com, JAKARTA - China mengimbau Amerika Serikat untuk berhenti menganggu kerja sama perdagangan antara bisnis kedua negara dengan alasan dugaan kerja paksa di Provinsi Xinjiang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam sebuah pengarahan juga mengatakan bahwa China telah menyetujui keinginan utusan diplomatik dari Uni Eropa dan negara-negara anggotanya untuk mengunjungi Xinjiang.
Dia bersedia menyusun pengaturan mengenai itu tetapi penyelidikan yang didasarkan pada asumsi bahwa China bersalah, tetap ditentang.
"Kami selalu menyambut teman-teman dari semua negara, termasuk dari pihak Uni Eropa, untuk mengunjungi Xinjiang dan melihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi di sana daripada percaya pada desas-desus atau bahkan kebohongan yang dibuat-buat," kata Wang, dilansir China Daily, Rabu (16/9/2020).
Sebelumnya, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengumumkan pembatasan baru pada impor kapas, pakaian jadi, produk rambut dan barang teknologi dari perusahaan China tertentu. AS mengklaim bahwa entitas tersebut telah menggunakan pekerja paksa di Xinjiang untuk menghasilkan produk.
"Menggunakan apa yang disebut masalah kerja paksa sebagai alasan untuk membatasi perusahaan China terkait, pihak AS melanggar aturan perdagangan internasional dan mengganggu industri, pasokan dan rantai nilai global," lanjut Wang
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa apa yang disebut isu kerja paksa sepenuhnya dibuat-buat oleh beberapa organisasi dan orang-orang di AS dan Barat.
Hak dan kepentingan pekerja dari etnis minoritas di Xinjiang sebagai bagian dari angkatan kerja China, dilindungi oleh undang-undang. Wang menambahkan bahwa tidak ada batasan apa pun pada kebebasan pribadi mereka.
"Kami mendesak pihak AS untuk menghormati fakta, meletakkan prasangka dan berhenti memainkan manipulasi politik," kata Wang.