Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO memutuskan Amerika Serikat melanggar aturan atas tindakan penerapan tarif terhadap barang-barang China sepanjang 2018.
Meski memperkuat posisi China dalam perang dagang, keputusan itu dinilai memiliki sedikit dampak mengikat.
WTO menyebut keputusan itu berdasar pada tindakan Presiden AS Donald Trump yang secara sepihak memberlakukan tarif atas impor China senilai lebih dari US$350 miliar.
Chad Bown, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics mengatakan Washington dapat dengan mudah mengajukan banding atas putusan WTO dan tidak akan diproses karena kosongnya badan ajudikatif.
"Tidak ada pemenang dalam perselisihan ini. AS, China, dan terutama WTO semuanya adalah pihak yang kalah," kata Bown, dilansir Bloomberg, Rabu (16/9/2020).
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthize mengatakan putusan itu tidak akan berpengaruh pada kesepakatan perdagangan fase satu antara kedua negara. Perjanjian tersebut diketahui berisi perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual dan menghilangkan hambatan bagi perusahaan AS di bidang jasa keuangan dan pertanian.
Baca Juga
Sementara WTO telah membuka jalan bagi China untuk menerapkan langkah-langkah pembatasan dalam kerangka hukum internasional, Beijing sebelumnya telah melangkahi amanat dalam putusan itu. Menurut Bown tarif balasan China dapat dikatakan juga melanggar aturan WTO.
"Beijing mengambil tindakan sendiri dengan memberlakukan tarif atas keluhannya sebelum keputusan WTO dikeluarkan," katanya.
Terry Haines dari firma analisis Pangea Policy yang berbasis di Washington menyebut keputusan itu tidak berarti apa-apa. Menurutnya keputusan itu bukanlah bentuk teguran internasional untuk Washington.
"Ini lebih seperti skenario badan internasional yang gagal untuk tetap relevan, sementara anggotanya berpura-pura mematuhi tetapi dengan bebas mengabaikan aturan dan memetakan jalan sendiri," katanya dilansir South China Morning Post.
James Bacchus dari University of Central Florida, yang dua kali menjadi hakim ketua Badan Banding WTO, berpendapat bahwa keputusan panel itu benar. Namun dengan tidak adanya Badan Banding, AS dapat dengan mudah mengajukan banding dan anggota WTO tidak akan dapat mengadopsi laporan panel.
Claire Reade, mantan asisten perwakilan perdagangan AS, di Arnold & Porter Daye Scholer setuju bahwa keputusan panel akan berdampak tak siginifikan. Menurutnya situasi politik di AS yang sedang dalam masa pemilu akan mendorong Trump fokus pada stabilitas pasar saham. Tindakan berisiko seperti menarik diri dari WTO akan dihindari.
Sebelumnya, China telah meminta penyelidikan WTO pada April 2018. Dua kasus lain menyusul ketika AS menambahkan bea terhadap lebih banyak barang China. Sebagai tanggapan, AS mengatakan bahwa kebijakan dan praktik China sama dengan pencurian yang disetujui negara dan penyalahgunaan teknologi, kekayaan intelektual, dan rahasia komersial AS.
Para ahli perdagangan menemukan bahwa yang paling mendasar, AS tidak menjelaskan bagaimana tarif tambahan merupakan pengecualian yang dapat dibenarkan berdasarkan klausul WTO yang memungkinkan negara-negara untuk mengambil tindakan perdagangan darurat.
WTO juga menemukan bahwa bea tambahan tidak konsisten dengan prinsip organisasi itu dan melebihi tarif maksimum untuk produk yang disetujui AS.
Panel juga mengatakan bahwa negosiasi perdagangan oleh kedua negara tidak dapat dianggap sebagai penyelesaian masalah untuk membawa sengketa ini ke luar WTO, seperti yang dikemukakan AS.