Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat menghapus tarif yang diberlakukan terhadap aluminium Kanada, lebih dari sebulan yang lalu setelah diancam dengan bea pembalasan.
Tarif 10 persen untuk aluminium yang tidak dicampur dan tidak ditempa, dicabut sebulan setelah pemerintahan Trump menerapkannya. Sebelumnya Tarif diterapkan dengan alasan lonjakan impor dari Kanada. Selama musim panas, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer telah menyatakan keprihatinan tentang tekanan yang dihadapi produsen aluminium Paman Sam baru-baru ini.
Adapun keputusan berbalik arah dalam hitungan minggu itu tak lepas dari bayang-bayang upaya pemilihan kembali Presiden Donald Trump, di mana jajak pendapat menunjukkan dia tertinggal dari calon Demokrat Joe Biden di negara-negara bagian penting.
Tarif tersebut telah meningkatkan harga aluminium dalam negeri di tengah kekurangan kaleng minuman di Amerika Utara. Hal itu juga meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan harga bahan baku akan membebani produsen bir domestik, perusahaan soda dan akhirnya konsumen.
Sementara Perwakilan Dagang AS atau USTR mengumumkan pencabutan tarif, pihaknya juga mengimbau pengiriman dari Kanada tidak akan lebih dari 83.000 ton pada September dan November dan tidak lebih dari 70.000 ton pada Oktober dan Desember. Namun Kanada belum membuat komitmen terhadap batasan volume.
Wakil Perdana Menteri Chrystia Freeland mengatakan Kanada akan menurunkan tarif balasan, tetapi tak menutup kemungkinan akan kembali menaikkan jika AS memberlakukan bea. USTR mengatakan akan memberlakukan kembali tarif 10 persen secara retroaktif jika pengiriman aktual melebihi 105 persen dari volume yang diharapkan.
Baca Juga
"Jika tarif diberlakukan kembali pada ekspor aluminium kami di masa depan, Kanada akan membalas dengan tarif timbal balik yang sempurna seperti yang telah kami lakukan di masa lalu. Kami akan selalu membela pekerja dan industri kami," kata Freeland, dilansir Bloomberg, Rabu (16/9/2020).
Saham Century Aluminium, produsen AS terbesar kedua dengan produksi signifikan di negara itu, merosot 11 persen menjadi US$9,33, membalikkan kenaikan 5,4 persen sebelumnya.
"Setelah berkonsultasi dengan pemerintah Kanada, Amerika Serikat telah menentukan bahwa perdagangan aluminium tidak tercampur dan tidak ditempa kemungkinan akan kembali normal dalam empat bulan terakhir 2020, dengan impor menurun tajam dari lonjakan yang dialami pada awal tahun," kata USTR dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat senior pemerintah Kanada menekankan bahwa pengumuman USTR adalah keputusan AS untuk menurunkan tarif. Myron Brilliant, EVP dan kepala urusan internasional, Kamar Dagang AS mengatakan yang dibutuhkan pabrikan Amerika sekarang adalah kepastian bahwa tarif ini tidak akan muncul kembali. Menurutnya mengesampingkan ancaman ini akan memungkinkan pencipta lapangan kerja Amerika untuk fokus pada pemulihan ekonomi.
Ball Corp, produsen kaleng aluminium terbesar di dunia, bulan lalu mengatakan permintaan di Amerika Utara terus melebihi pasokan dan meningkat pesat di Eropa dan Amerika Selatan.
Lockdown telah memaksa restoran dan bar yang sangat bergantung pada penjualan bir untuk tutup. Pembuat aluminium dapat melihat permintaan meningkat karena orang minum lebih banyak di rumah.
Alf Barrios, CEO Rio Tinto Aluminium, produsen terbesar di Amerika Utara, mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan langkah positif yang memastikan rantai pasokan Amerika Utara akan tetap kuat di tengah kondisi global yang menantang.
Persoalan tarif itu telah menjadi fokus perdebatan industri selama berbulan-bulan. Asosiasi Aluminium Primer Amerika, yang mewakili Century Aluminium dan Magnitude 7 Metals, mengatakan kenaikan logam Kanada telah menyebabkan harga jatuh. Asosiasi Aluminium AS, yang mewakili Alcoa Corp., Rio Tinto dan puluhan pembuat suku cadang aluminium lainnya, berpendapat bahwa impor hampir tidak berubah sejak 2017.
Tidak jelas apa yang akan terjadi jika Kanada melampaui batas ekspor yang telah ditetapkan AS secara sepihak. Volume total untuk kuartal keempat akan menjadi sekitar 223.000 metrik ton aluminium. Sedangkan AS mengimpor 134.708 ton aluminium pada kuartal keempat tahun lalu, dan 75.834 ton aluminium pada kuartal keempat 2018.