Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat ekonomi Filipina akan melanjutkan pelonggaran pembatasan pergerakan karena pembukaan bertahap dapat mengurangi angka pengangguran yang sempat melambung pada kuartal kedua lalu.
Otoritas Statistik Filipina mengatakan tingkat pengangguran negara itu turun dari 17,7 persen pada April menjadi 10 persen pada Juli. Sementara itu, jumlah orang tanpa pekerjaan turun menjadi 4,6 juta pada Juli dari 7,3 juta pada April. Angka ini masih hampir dua kali lipat dari 2,4 juta tahun sebelumnya.
Meskipun lonjakan infeksi Covid-19 yang telah membuat wabah di Filipina menjadi yang terburuk di Asia Timur, pemerintah telah mulai melonggarkan pembatasan lockdown setelah pertumbuhan ekonomi anjlok ke rekor terendah pada kuartal kedua.
"Untuk bangkit kembali dari krisis ini kita perlu membuka ekonomi lebih banyak lagi," kata Penjabat Sekretaris Perencanaan Ekonomi Karl Kendrick Chua kepada wartawan, dilansir Bloomberg, Kamis (3/9/2020).
Dia melanjutkan melonggarkan langkah-langkah penguncian dan mengizinkan lebih banyak transportasi umum untuk beroperasi dapat menciptakan sebanyak 2,8 juta pekerjaan dan menurunkan pengangguran menjadi 6 hingga 8 persen pada tahun depan.
Indeks Bursa Efek Filipina naik sebanyak 0,5 persen menjadi 5.768,20 setelah laporan pekerjaan. Dennis Mapa, Kepala Ahli Atatistik Negara mengatakan data pekerjaan terbaru itu mengirimkan sinyal beragam karena pengangguran di pusat ekonomi tetap tinggi.
Baca Juga
Tingkat pengangguran di wilayah ibu kota yang menyumbang lebih dari sepertiga ekonomi, naik menjadi 15,8 persen pada Juli dari 12,3 persen pada April. Rasio tersebut meningkat di 16 wilayah lainnya.
Chua mengatakan mungkin diperlukan waktu hingga 2022 untuk tingkat pengangguran turun menjadi 4 persen hingga 5 persen, dengan asumsi vaksin tersedia pada pertengahan 2021.
"Mengingat terus meningkatnya infeksi baru dan tindakan penguncian sebagian, angka pengangguran kemungkinan akan tetap meningkat hingga tahun depan," kata Nicholas Mapa, ekonom senior di ING Groep NV di Manila.
Departemen Tenaga Kerja mencatat lebih dari 83.000 perusahaan tetap ditutup sementara pada akhir Agustus, mempengaruhi 2 juta pekerja, sementara lebih dari 9.000 perusahaan yang mempekerjakan sekitar 180.000 orang telah ditutup secara permanen karena pandemi.
Sementara itu, mata pencaharian sekitar 500.000 pekerja Filipina di luar negeri telah terpengaruh oleh pandemi, dengan angka akan meningkat menjadi 700.000 pada akhir tahun.