Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Federal Reserve Jerome Powell meluncurkan pendekatan baru untuk menetapkan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dengan membiarkan inflasi berjalan lebih cepat dari batas yang diizinkan.
Dengan langkah ini, bank sentral AS mungkin akan mempertahankan suku bunga di kisaran rendah untuk beberapa tahun ke depan.
Powell mengatakan Fed akan mematok laju inflasi di kisaran rata-rata 2 persen. Keputusan ini menyiratkan the Fed memungkinkan tekanan harga melampaui batas setelah mengalami penurunan yang dalam. Dia juga menyesuaikan pandangannya tentang lapangan kerja maksimum untuk memungkinkan pasar tenaga kerja berjalan lebih luas.
"Pernyataan kami yang direvisi menekankan bahwa lapangan kerja maksimum adalah tujuan yang berbasis luas dan inklusif," kata Powell dalam pidato yang disampaikan secara virtual untuk simposium kebijakan tahunan bank sentral yang biasanya diadakan di Jackson Hole, Wyoming.
"Perubahan ini mencerminkan apresiasi kami atas manfaat pasar tenaga kerja yang kuat, terutama bagi banyak masyarakat di kelompok berpenghasilan rendah dan sedang."
Selama ekspansi ekonomi AS terpanjang dalam catatan hingga pandemi melanda awal tahun ini, banyak kelompok diuntungkan - termasuk minoritas dan wanita - dalam kemampuan mereka untuk mencari pekerjaan.
Baca Juga
Dengan keresahan yang meletus di seluruh AS atas ketidaksetaraan rasial, pertanyaan tentang bagaimana kebijakan Fed membantu komunitas secara luas menjadi sorotan.
Dalam pernyataan barunya tentang tujuan jangka panjang, The Fed mengatakan keputusannya akan mengikutsertakan penilaian terkait dengan kekurangan lapangan kerja dari tingkat maksimumnya.
Perubahan tersebut mengurangi kekhawatiran sebelumnya bahwa pengangguran yang rendah dapat menyebabkan inflasi yang berlebihan.
Pasar melihat pernyataan Powell sebagai indikasi lain bahwa Fed tidak terburu-buru menaikkan suku bunga. Obligasi dan saham AS naik seiring dengan harga emas yang menguat.
Mengenai tekanan harga, Fed mengatakan komite akan menargetkan inflasi yang berada dalam kisaran rata-rata 2 persen dari waktu ke waktu dan akan bertujuan untuk membawa inflasi di atas target 2 persen pada periode berikutnya.
Pergeseran pandangan kebijakan moneter yang diumumkan Powell merupakan produk dari tinjauan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap strategi, alat, dan pendekatan komunikasi The Fed sejak awal 2019.
Sejak bank sentral secara resmi menetapkan target inflasi pada 2 persen pada tahun 2012, Fed selalu gagal mencapai tujuan tersebut, dengan rata-rata inflasi hanya 1,4 persen.
Inflasi rendah memicu suku bunga rendah sehingga mengurangi kemampuan the Fed untuk mengatasi pelemahan ekonomi. Bahkan, inflasi rendah dapat memperparah pemulihan ekonomi.
"Jika tekanan inflasi yang berlebihan muncul atau ekspektasi inflasi meningkat di atas level yang sesuai dengan tujuan kami bank sentral tidak akan ragu untuk bertindak," kata Powell.