Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Lebanon tengah melakukan investigasi yang berfokus pada kemungkinan adanya kecelakaan dalam gudang di pelabuhan Beirut yang menyimpan 2.700 ton amonium nitrat.
Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y. Thohari mengatakan spekulasi yang berkembang adalah terjadinya kecelakaan yang menyebabkan ledakan di hanggar.
"Belum ada indikasi yang dilaporkan bahwa ledakan ini merupakan suatu kesengajaan. Tetapi tentu kita akan terus mengikuti progres investigasi ini. Sekarang lebih cenderung sebuah accident terhadap simpanan 2.700 ton amonium nitrat," katanya dalam wawancara melalui saluran televisi CNN Indonesia, Rabu (5/8/2020).
Sejauh ini, belum ada temuan yang dapat disampaikan kepada publik secara resmi.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada 4 Agustus 2020, telah terjadi ledakan masif di Port of Beirut, Lebanon pukul 18.02 waktu setempat, yang mengakibatkan lebih dari 78 korban meninggal dan ribuan luka-luka.
Ada ratusan keluarga yang melaporkan kehilangan kontak dengan keluarganya. Lokasi ledakan berdekatan dengan Downtown Beirut dan berjarak sekitar 7 km dari KBRI Beirut.
Untuk itu, Hajriyanto meminta 1.447 WNI yang berada di Lebanon agar waspada dan menjauhi tempat keramaian dan tetap tinggal di rumah.
"Oleh karena ini ledakan zat kimia yang begitu besar, maka WNI diharapkan mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker dan rajin cuci tangan baik pakai sabun dan hand sanitizer," ungkapnya.
Dilansir dari Aljazeera, Gubernur Beirut Marwan Abboud mengatakan sebanyak lebih dari 200.000orang kehilangan rumah akibat ledakan tersebut.
"Kami kehilangan 10 anggota Brigade Pemadam Kebakaran Beirut. Kerugian [materi] berkisar 3 miliar pound Lebanon - 5 miliar pound Lebanon dan mungkin lebih," ujarnya.
Gubernur telah mengungkapkan laporan keamanan pada 2014 yang memperingatkan akan adanya kemungkinan terjadinya ledakan di ibukota Lebanon seiring material yang berisiko tinggi meledak belum disimpan di tempat yang aman bagi publik.