Bisnis.com, JAKARTA – Tokyo kembali melaporkan rekor tambahan jumlah kasus positif virus Corona sebanyak 280 orang pada Kamis (16/7/2020), dikhawatirkan bisa menyebar lebih luas hingga ke luar Ibu Kota Jepang.
Gubernur Yuriko Koike menuturkan bahwa angka tersebut merupakan catatan tambahan kasus harian tertinggi, dan muncul setelah Pemerintah Tokyo melaksanakan tes yang juga mencapai rekor, sampai 4.000 orang.
Virus Corona di Tokyo diperkirakan tersebar melalui klab malam, dengan tambahan kasus terbanyak berasal dari pekerja bar. Pemerintah Tokyo juga telah menunjukkan bahwa tambahan kasus bisa berasal dari aktivitas lokal seperti di restoran, bar, dan tempat kerja.
Hanya 13 dari 165 kasus di Tokyo yang tercatat berasal dari klab malam. Sementara klaster lainnya tercatat berasal dari pengerjaan konstruksi milik Taisei Corp. dengan tambahan terinfeksi 15 kasus.
Virus tersebut tak hanya meluas di seluruh sektor, tapi juga di seluruh Negeri Matahari Terbit. Osaka, sebagai kota dengan perekonomian terbesar kedua di Jepang, dilaporkan mencatat 61 tambahan kasus positif pada Rabu (15/7/2020).
Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak sejak pertengan April dan saat ini Osaka sudah masuk dalam zona darurat.
Baca Juga
Selanjutnya di Hokkaido, klaster baru dilaporkan berkaitan dengan klab malam di Sapporo yang menginveksi 10 orang. Untuk itu, sementara waktu warga di Tokyo diminta untuk tidak bepergian ke kota-kota tersebut melihat lonjakan kasus yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Rabu (16/7/2020), Jepang juga telah melaporkan 450 kasus baru, jumlah tertinggi sejak puncak pandemi pada April lalu, sebelum mencabut status sebagai zona darurat. Sebuah kampanye untuk memacu pariwisata domestik disebut menjadi pemicu penyebaran virus ke seluruh Jepang.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan pemerintah akan menangani program tersebut setelah meminta pendapat para ahli tentang pandangan mereka.
Meskipun status Tokyo ditingkatkan menjadi darurat, Pemerintah Jepang sejauh ini belum memberikan aturan untuk kembali menutup bisnis karena mayoritas penderita positif Covid-19 masih dalam kondisi baik dan berusia muda, antara 20-30 tahun.
“Namun, kami mungkin akan meminta bisnis untuk tutup untuk menyusutkan penyebaran virus jika diperlukan, dan meminta masyarakat untuk menghindari mengunjungi bisnis yang tidak mematuhi protokol pencegahan virus,” kata Koike, dilansir Bloomberg, Kamis (16/7/2020).