Bisnis.com, JAKARTA - Komentar Senator Amerika Serikat Tammy Duckworth, 52, dalam sebuah perbincangan di CNN memancing kegeraman presenter televisi Fox News, Tucker Carlson.
Di CNN, Tammy ditanyakan pendapatnya mengenai aspirasi perobohan patung Presiden AS pertama, George Washington, oleh para simpatisan Black Lives Matter. Ketimbang menjawab setuju atau tidak, politisi Partai Demokrat itu berkomentar diplomatis.
“Kita harus memulainya dengan melakukan dialog nasional,” katanya dalam wawancara untuk memperingati Hari Kemerdekaan AS 4 Juli.
Tucker Carlson menampilkan cuplikan komentar Tammy tersebut saat membawakan acara ‘Tucker Carlson Tonight’ di Fox News pada Senin (6/7/2020) malam pekan lalu. Carlson mempertanyakan maksud ‘dialog nasional’ yang disebut Tammy.
Jawaban mengambang Tammy menjadi justifikasi Carlson bahwa Demokrat secara tidak langsung mendukung perobohan patung George Washington dan bapak bangsa AS lainnya. Tak hanya Tammy, para pentolan Demokrat memang tidak bersuara lantang menentang vandalisme tersebut.
Sebaliknya, Carlson mengutip pidato Presiden Donald Trump di Monumen Mount Rushmore, Dakota Selatan, pada 3 Juli atau sehari sebelum perayaan Kemerdekaan AS. Trump menggemakan perlindungan patung dan monumen bapak bangsa sebagai penghormatan atas sejarah dan warisan mereka.
Seirama dengan narasi Trump, Carlson menilai Demokrat tidak pantas memimpin AS karena tidak mencintai sejarah dan orang-orangnya. Menurut dia, para pentolan Demokrat memandang rendah negara mereka sendiri.
“Orang-orang ini sebenarnya membenci Amerika. Dapatkah Anda benar-benar memimpin negara yang Anda benci?” kata Carlson.
Tammy tersinggung dengan komentar itu. Terlebih, dia adalah bekas pilot helikopter Angkatan Darat AS yang kehilangan dua kakinya dalam pertempuran di Perang Irak.
“Apakah Tucker Carlson bersedia ‘berjalan satu mil dengan kaki saya’ lalu mengatakan apakah saya mencintai Amerika atau tidak?” balas Tammy di akun media sosialnya.
Senator Amerika Serikat Tammy Duckworth. /Dok. www.duckworth.senate.gov
‘Berjalan satu mil dengan kaki saya’ adalah kiasan ala AS agar siapa pun tidak asal menghakimi orang lain. Tammy, yang dua kakinya diamputasi, kini hanya bisa bergerak dengan kursi roda.
Carlson kembali membalas meskipun dituntut untuk meminta maaf oleh para simpatisan Demokrat. Dia mengingatkan kembali bahwa pengorbanan Tammy saat bertugas di militer tidak lantas membuatnya kebal dari kritik ketika kini berprofesi sebagai politisi.
Tammy akhirnya menumpahkan isi hatinya dalam opini di harian The New York Times pada 9 Juli. Semakin jelas, ternyata perempuan berwajah oriental itu tidak setuju dengan perobohan patung George Washington. Terlebih, dia mengklaim leluhurnya ikut berperang dalam Perang Revolusi AS yang dipimpin oleh Washington.
Meski demikian, Tammy mengajak semua pihak menghormati kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi AS. Aspirasi perobohan patung, misalnya, didasarkan argumentasi bahwa Washington memiliki budak—yang menurut penilaian para demonstran masa kini adalah akar rasisme.
“Sebagaimana saya mengorbankan keselamatan diri saya untuk melindungi patungnya dari bahaya, saya akan berjuang sampai nafas penghabisan untuk mempertahankan kebebasan orang AS untuk berpendapat tentang sejarah cacat Washington,” tulis Tammy.
DILIRIK BIDEN?
Media massa dan sosial di AS ramai memberitakan perselisihan Carlson-Tammy. Terlebih, dua orang itu lagi naik daun di Tanah Amerika.
Acara ‘Tucker Carlson Tonight’ baru saja ditahbiskan Nielsen Media Research sebagai program rating tertinggi dalam sejarah televisi kabel AS. Monolognya di Fox News menjadi oase bagi para pendukung Trump mengingat mayoritas stasiun televisi di Negeri Paman Sam berkiblat ke Demokrat.
Sementara itu, Tammy masuk dalam daftar nama pendamping bakal calon presiden Demokrat, Joe Biden. Aksi ‘berbalas pantun’ dengan pembawa acara ngetop semacam Carlson sudah pasti mengatrol popularitasnya.
Sampai saat ini, Biden masih menimbang-nimbang bakal calon wakil presiden. Dia berjanji akan mengumumkan satu nama pada Agustus.
Meski demikian, bekas Wapres AS itu sudah memberi petunjuk bahwa pendampingnya adalah kalangan perempuan. Selain Tammy, muncul nama Senator Elizabeth Warren dan Kamala Harris, Anggota DPR Val Demings, hingga Penasehat Keamanan Nasional (2013-2017) Susan Elizabeth Rice.
Ketika gelombang demonstrasi antirasisme berkembang pasca-kematian George Floyd, muncul dorongan agar Biden meminang perempuan kulit hitam. Kamala Harris, Val Demings, dan Susan Rice masuk dalam kriteria itu.
Baca Juga : Moody's: PDB China Meningkat di Kuartal II/2020 |
---|
Tujuannya semata elektoral yakni untuk menggaet suara pemilih Afrika Amerika. Lagi pula, sikap Presiden Donald Trump terhadap demonstrasi antirasisme dianggap tidak simpatik sehingga perlu dimanfaatkan kubu oposisi.
Biden juga memiliki memori manis bersanding dengan politisi kulit hitam. Dua kali dia memenangkan pilpres bersama Presiden Barack Obama.
Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, yang mencalonkan diri pada pemilihan presiden tahun ini mewakili Partai Demokrat, berkampanye di pabrik perakitan Mack FCA (Fiat Chrysler Automobiles) di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Selasa (10/3/2020)./Antara-Reuters
Sampai saat ini, belum ada kepastian bahwa Biden akan memilih pendamping berkulit hitam. Karena itu, kesempatan perempuan dari kulit warna lain seperti Tammy masih terbuka.
Menurut situs politik Politico, Tammy semakin memikat di mata orang dekat Biden setelah perseteruan dengan Tucker Carlson. Ibu dua anak itu disebut-sebut didukung para pendonor Demokrat dan kelompok veteran.
CAKAP INDONESIA
Selain pengalaman militer, latar belakang multikultural Tammy dianggap kelebihan pula. Ayahnya adalah pria kulit putih AS dan ibunya berdarah Thailand-Tionghoa.
Tammy lahir di Bangkok pada 12 Maret 1968 ketika sang ayah, Franklin Duckworth, bertugas di Negeri Gajah Putih. Kemudian, sang ayah berpindah tugas di penjuru Asia Tenggara termasuk Kamboja dan Indonesia.
Dalam sebuah wawancara di majalah Chicago pada Mei 2012, Tammy mengaku pernah menghabiskan masa kecil di Jakarta selama 7 tahun. Berbahasa Indonesia, selain Thailand, bukan hal asing baginya.
“Saya lancar berbahasa Indonesia. Sebelum bicara dalam bahasa Inggris, saya bicara dalam bahasa Thailand,” ujarnya.
Di Jakarta, Tammy bersekolah di Jakarta International School (JIS) yang kini bernama Jakarta Intercultural School. Sampai berita ini diturunkan, konfirmasi Bisnis.com lewat surat elektronik belum dibalas JIS.
Gedung Jakarta Intercultural School. /Dok. www.jisedu.or.id
Di situs resminya, JIS dengan bangga menampilkan Tammy sebagai salah satu alumni berprestasi. Akun media sosial JIS menampilkan sebuah cuplikan video kiriman Tammy bertanggal 10 Maret 2019 untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.
Dia mengenang pernah bersekolah di JIS cabang Jln. Pattimura (SD) dan cabang Cilandak (SMP dan SMA). Di Jakarta, dia terkesan saat belajar bahasa Indonesia dan menemukan teman baru.
“Selamat Hari Perempuan Internasional. Perempuan bersatu!” katanya dalam sepenggal ucapan bahasa Indonesia dialek Amerika.
Setelah dari Jakarta, Tammy pindah ke Hawai dan meneruskan kuliah Jurusan Politik di Universitas Hawai. Lulus pada 1989, dia lanjut studi magister di Universitas George Washington yang ditamatkan dalam setahun.
Baca Juga : China Balas Jatuhkan Sanksi ke Empat Pejabat AS |
---|
Dalam biografi singkat di laman Senat AS, Tammy kemudian masuk AD AS bagian pasukan cadangan dengan kualifikasi penerbang helikopter tempur Blackhawk. Saat bertugas di Irak, helikopternya tertembak granat berpeluncur roket (RPG) dalam sebuah pertempuran bertanggal 12 November 2004 sehingga dua kakinya harus diamputasi.
Ogah putus asa, Tammy meneruskan karir untuk mengurus veteran baik di Negara Bagian Illinois maupun di pemerintahan federal. Pada 2012, Tammy masuk gelanggang politik dan memenangkan kursi DPR mewakili Illinois.
Berselang 4 tahun kemudian, dia loncat ke kamar parlemen lebih tinggi, Senat. Purnawirawan letnan kolonel itu memenangkan kursi senator untuk periode 6 tahun (2017-2023).
Menengok pengalaman hidupnya, orang-orang di AS bakal membandingkan Tammy dengan Barack Obama. Keduanya pernah hidup di Jakarta dan Hawai kemudian menjadi senator mewakili Illinois.
Apakah kemudian Tammy akan menjadi mantan ‘anak Jakarta’ kedua yang berkantor di Gedung Putih? Tentu, dia harus terlebih dahulu dipinang Biden dan kemudian menaklukkan petahana Donald Trump-Mike Pence.