Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's: PDB China Meningkat di Kuartal II/2020

Otoritas China rencananya akan mengumumkan PDB dan indikator ekonomi kuartal kedua pada Kamis pekan ini.
Monitor menampilkan nama Moody's Corp./ Bloomberg - Michael Nagle
Monitor menampilkan nama Moody's Corp./ Bloomberg - Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Moody's Analytics memperkirakan produk domestik bruto China meningkat pada kuartal II/2020. PDB riil diperkirakan mengalami kontraksi 2 persen secara tahunan, mengikuti penurunan 6,8 persen pada Maret 2020. Otoritas China rencananya akan mengumumkan PDB dan indikator ekonomi kuartal kedua pada Kamis pekan ini.

Penutupan total kegiatan ekonomi regional yang berlangsung selama hampir dua bulan, memberikan pukulan signifikan ke semua sektor. Industri sekunder mengalami kontraksi sebesar 9,6 persen secara tahunan, sementara industri tersier menurun 5,2 persen dan industri primer turun 3,2 persen.

Kini aktivitas ekonomi China telah pulih sejak penutupan, dengan peningkatan penting dalam aktivitas industri dan ekspor tetapi permintaan domestik masih lebih lemah. Namun, kelemahan keseluruhan dalam kondisi permintaan agregat cenderung memoderasi pemulihan hingga kuartal Juni.

Selain itu, ekspor China diperkirakan naik 1,2 persen secara tahunan pada Juni, setelah jatuh 3,3 persen pada Mei. Meskipun ekspor China telah meningkat sejak penurunan tajam pada Februari lalu, pengapalan bulan lalu tetap di bawah level Mei tahun lalu.

"Dengan ekonomi Barat secara bertahap dibuka, guncangan terhadap perdagangan global kemungkinan telah mencapai titik terendah pada bulan Mei, dan Juni harus mencerminkan pembalikan dalam penurunan tahunan," tulis ekonomi Moody's dalam laporan mingguannya, Senin (13/7/2020).

Sementara itu di kawasan Asia Pasifik lainnya, pengangguran di Australia kemungkinan meningkat menjadi 7,4 persen pada Juni, menyusul kenaikan menjadi 7,1 persen pada Mei. Meskipun guncangan pada permintaan luar negeri relatif lebih rendah di Australia dibandingkan dengan rekan-rekan Asia Pasific lainnya, pembatasan domestik sejak akhir Maret dan pukulan ke semua sektor memiliki dampak signifikan pada pasar tenaga kerja domestik.

Tingkat pekerjaan menurun dengan rekor 5,4 persen secara tahunan pada Mei, jauh melebihi penurunan satu bulan paling tajam sebesar 3,5 persen pada 1992 selama resesi terakhir.

"Meskipun pengeluaran domestik telah dihidupkan kembali pada fase setelah pembatasan diangkat, kelesuan kondisi ketenagakerjaan kemungkinan akan bertahan selama dua hingga tiga bulan ke depan," tulis para ekonom.

Di Korea Selatan, bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan menjadi 0,25 persen pada pertemuan Juli, dari sebelumnya 0,5 persen. Ekonomi Korea Selatan menghadapi risiko penurunan yang cukup besar dari permintaan eksternal dan belanja domestik yang lemah pada kuartal kedua tahun ini.

Secara kumulatif hal itu telah meningkatkan tekanan pada pasar tenaga kerja domestik. Bank sentral diperkirakan akan mengurangi suku bunga acuannya untuk menurunkan biaya pinjaman dan membantu melindungi perekonomian dari guncangan Covid-19.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper