Bisnis.com, JAKARTA -- Thailand meningkatkan produksi kit uji Covid-19 dalam negeri, untuk menghindari kemungkinan kekurangan persediaan.
Langkah itu juga untuk mempersiapkan kemungkinan gelombang infeksi kedua setelah sebagian besar bisnis dan jasa dibuka kembali.
"Thailand selalu menerima kritik karena pengujiannya terlalu sedikit, dan itu yang terjadi sejak awal karena tidak ada cukup test kit," kata Songpon Deechongkit, direktur pelaksana Siam Bioscience Co., yang telah mendistribusikan 100.000 kit kepada pemerintah daerah sejak awal April, seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (11/7).
Dengan ekspansi baru-baru ini, Thailand sekarang dapat menghasilkan sebanyak 100.000 kit uji Covid-19 per bulan untuk memastikan keamanan kesehatan dan tidak terlalu bergantung pada impor.
Meskipun tidak ada kasus baru yang terdeteksi dari transmisi lokal selama lebih dari enam pekan, beberapa ahli mengaitkan hal ini dengan tingkat pengujian yang rendah, hanya 600.000 sampel telah dianalisis di negara dengan populasi 69 juta orang tersebut.
Inggris, sebagai perbandingan, melakukan tes 18 kali lebih banyak meskipun memiliki jumlah populasi yang sama, menurut Worldometer.
Baca Juga
Jumlah infeksi resmi Thailand adalah sekitar 3.200 kasus, dengan 58 kematian tercatat akibat virus corona.
Siam Bioscience adalah perusahaan milik Crown Property Bureau, sebuah badan investasi dan lembaga manajemen aset pemerintah.
Songpon mengatakan, perusahaan ini memproduksi kit uji PCR dengan biaya sepertiga versi impor. Kit yang diproduksi mengacu pada pada desain dari Departemen Kesehatan Thailand.
Strategi Thailand untuk meningkatkan produksi seiring dengan upaya pengembangan vaksin buatan sendiri.
Keduanya mencerminkan kekhawatiran bahwa tarik ulur global atas pasokan sumber daya akan membuat Thailand berisiko terhadap penyebaran virus yang lebih luas.
India, misalnya, menghadapi kekurangan alat uji karena bergantung pada impor. AS juga kesulitan dengan pengambilan sampel yang tidak memadai dan produk berkualitas rendah.
Para pejabat kesehatan Thailand telah berfokus pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, mencatat bahwa tingkat kepositifan saat ini kurang dari 1%, bersama dengan penurunan tajam dalam kasus-kasus influenza dan pneumonia, memberikan bukti bahwa pengujian telah memadai dan bahwa wabah mungkin terkendali.
Tapi Songpon memperingatkan agar jangan terlalu puas diri, terutama karena hasil-hasil tes yang menunjukkan optimisme telah memicu dibukanya kembali bisnis, sekolah, dan hotel dalam beberapa pekan terakhir.
Di AS, terjadi lonjakan dalam kasus-kasus infeksi baru setelah pembatasan pada kegiatan restoran dan bar dilonggarkan.
Hong Kong juga melaporkan lompatan dalam kasus-kasus yang tidak diketahui asalnya, beberapa asimtomatik, menunjukkan rantai transmisi tersembunyi yang beredar di kota ketika bisnis dibuka kembali.
“Pengujian sekarang harus tentang pengawasan aktif. Kita harus waspada dan proaktif, ”kata Songpon, mencatat bahwa risiko tertinggi adalah di pusat transportasi, fasilitas karantina dan di antara para migran yang secara ilegal melintasi perbatasan.
"Selama ada pergerakan orang yang datang ke Thailand, akan selalu ada risiko," kata Songpon.