Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan akan melakukan modifikasi cuaca untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Upaya modifikasi cuaca akan dilakukan melalui kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan didukung oleh pesawat TNI AU.
“itu [modifikasi cuaca] bisa berpengaruh itu akhirnya dia membasahi gambut. Membasahi gambut juga kemudian memberikan air juga untuk embung-embung yang dibangun,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Selasa (23/6/2020).
Siti mengatakan bahwa hal itu telah berhasil dilakukan di Riau. Lahan gambut yang tingkat airnya terjaga akan lebih sulit terbakar.
Selanjutnya, hal serupa akan dilakukan di Kalimantan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah tersebut akan memasuki musim kemarau pada Juli dan akan berada pada puncaknya begitu memasuki September.
“Oleh karena itu di Kalimantan ini sudah dipersiapkan dan akan didukung oleh BNPB, sudah pasti BPPT, BMKG , TNI,” katanya.
Baca Juga
Menurut Siti, menjaga lahan gambut tetap basah akan lebih efektif dibandingkan harus melakukan pemadaman. Hal ini senada dengan instruksi Presiden untuk mengutamakan pencegahan kebakaran besar.
Adapun, dalam pembukaan rapat terbatas, Presiden Joko Widodo mengingatkan jajaranya bahwa di tengah pandemi Covid-19, pemerintah juga memiliki pekerjaan besar untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau. Dia menitikberatkan kepada penggunaan teknologi serta koordinasi setiap instrumen lembaga.
Presiden mendapatkan laporan dari BMKG bahwa 17 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau pada April. Kemudian sebanyak 38 persen memasuki kemarau pada Mei dan 27 persen memasuki awal kemarau pada Juni.
“Dan kemarau di bagian besar zona ini akan terjadi di bulan Agustus, kita masih punya persiapan satu bulan untuk mengingatkan ini,” kata Jokowi membuka rapat terbatas antisipasi kebakaran hutan dan lahan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Presiden menjabarkan bahwa utamanya dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan adalah manajemen lapangan yang harus terkoordinasi dengan baik untuk memantau area-area rawan. Pemanfaatan teknologi sistem dashboard dalam hal ini akan sangat membantu untuk meningkatkan pengawasan.
Presiden juga mencatat 99 persen kebakaran hutan dan lahan merupakan ulah manusia. Oleh karena itu, dia meminta ketegasan para penegak hukum.
“Kita tahu 99 persen kebakaran hutan karena ulah manusia baik sengaja atau kelalauian, oleh karena itu penegakan hukum harus tegas dan tanpa kompromi untuk masalah ini,” ujarnya.