Bisnis.com, JAKARTA – Korea Selatan diyakini sedang mengalami gelombang kedua virus corona (Covid-19) meskipun dengan jumlah yang relatif rendah.
Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Korea (KCDC), Jeong Eun-kyeong, mengatakan gelombang pertama Covid-19 berlangsung hingga April. Namun sejak Mei, klaster kasus-kasus baru telah berkembang, termasuk di klub-klub malam ibu kota Korsel, Seoul.
Di antara periode-periode itu, kasus terkonfirmasi telah menurun secara harian dari hampir seribu menjadi nol infeksi yang tercatat selama tiga hari berturut-turut.
Pada Senin (22/6/2020), pejabat kesehatan mengatakan bahwa selama 24 jam terakhir, sebanyak 17 kasus baru telah tercatat dari berbagai klaster di sejumlah kantor dan gudang.
“Bangkitnya kembali kasus baru-baru ini telah menggiring pada kesimpulan bahwa Korsel berada dalam cengkeraman gelombang kedua virus corona dan saya kira ini akan berlanjut,” ungkap Jeong, seperti dilansir dari BBC.
KCDC telah mengatakan bahwa gelombang pertama Covid-19 di Korsel tidak pernah benar-benar berakhir. Namun, Dr Jeong mengatakan bahwa liburan akhir pekan pada awal Mei menandai awal gelombang infeksi baru yang difokuskan di wilayah Seoul berskala lebih luas.
Baca Juga
Pada Senin (22/6), kota Daejeon, selatan ibu kota, mengumumkan akan melarang perkumpulan di ruang publik seperti museum dan perpustakaan setelah sejumlah klaster kecil Covid-19 ditemukan.
Wali Kota Seoul juga memperingatkan bahwa ibu kota ini mungkin harus kembali memberlakukan pembatasan jarak sosial (social distancing) yang ketat, jika jumlah kasus menembus rata-rata 30 selama tiga hari ke depan dan tingkat okupansi tempat tidur di rumah sakit kota itu melampaui 70 persen.
Sejauh ini, Negeri Ginseng mampu menghindari lockdown dan sebaliknya mengandalkan langkah-langkah social distancing sukarela selain strategi pelacakan dan pengujian yang agresif untuk memerangi virus corona.
Sebanyak 280 orang telah meninggal sejak Korsel melaporkan kasus pertamanya pada 20 Januari. Secara keseluruhan, negara ini telah mencatat lebih dari 12.000 kasus infeksi dan diperkirakan masih ada 1.277 kasus aktif saat ini.