Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meradang setelah negaranya diwarnai aksi protes sejak terbunuhnya seorang warga kulit hitan Geroge Floyd oleh polisi pada 25 Mei 2020.
Terpukul akibat maraknya aksi protes oleh kelompok anti-fasis (Antifa) dan kelompok militan kiri jauh lainnya yang mengusai kota, Trump mengklaim bahwa dirinya masih didukung oleh kelompok mayoritas.
Akan tetapi, ujarnya, kelompok mayoritas itu tidak bersuara atau diam meski mendukungnya.
“Mayoritas diam kini jauh lebih kuat dari yang pernah ada,” ujarnya dalam sebuah cuitan di akun Twitter miliknya seperti dikutip, Senin (15/6/2020).
Cuitan itu merujuk pada dukungan masyarakat AS kepada dirinya meski tidak terlihat turun ke jalan-jalan.
THE SILENT MAJORITY IS STRONGER THAN EVER!!!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) June 14, 2020
Presiden trump sebelumnya memberikan pernyataan bahwa mereka yang terkait dengan gerakan Antifa sebagai "teroris domestik".
Pernyataan itu dikeluarkan Trump karena tidak ingin disalahkan atas rusuhnya demonstrasi atas kematian George Flyoid yang mengguncang Amerika Serikat.
Dikutip dari Aljazeera, Antifa merupakan kependekan dari anti-fasis, bukan kelompok konkret, melainkan gerakan teselubung yang kepemimpinannya tersembunyi.
Gerakan anti-fasis merupakan gerakan yang cenderung dikelompokkan di pinggiran kiri spektrum politik AS. Para anggotanya banyak menggambarkan diri mereka sebagai sosialis, anarkis, komunis atau anti-kapitalis.
Antifa merupakan gerakan tanpa pemimpin yang dikenal, tanpa markas besar, dan tidak ada ideologi yang jelas selain oposisi terhadap apa pun yang dilihat penganutnya sebagai gerakan sayap kanan atau fasis.