Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tragedi Floyd, Rasisme, dan Nasib Patung Kulit Berwarna

Kematian tragis George Floyd berdampak ke banyak hal, termasuk kemarahan atas keberadaan patung yang dinilai merendahkan warga kulit berwarna.
Patung pria berkulit hitam dengan jam matahari di kepala di depan halaman Dunham Massey./manchestereveningnews.co.uk-Wikimedia Commons
Patung pria berkulit hitam dengan jam matahari di kepala di depan halaman Dunham Massey./manchestereveningnews.co.uk-Wikimedia Commons

Bisnis.com, JAKARTA - Tragedi kematian George Floyd tak hanya berdampak di Amerika Serikat. Sejumlah orang mengungkapkan kemarahan atas praktik sikap rasialis, termasuk pada penempatan patung yang dinilai merendahkan warga kulit berwarna.

Di Inggris, seperti ditulis Tempo.co mengutip dailly miror, Lembaga National Trust sampai harus memindahkan patung seorang pria berkulit hitam, yang sedang berlutut, dari salah satu properti yang dikelolanya.

Patung itu dianggap sebagai perwakilan orang Afrika dan berada di posisi di depan rumah ala Georgia di Dunham Massey di Cheshire, Inggris.

“Patung itu telah menimbulkan kemarahan dan kekecewaan karena caranya mengekspresikan seorang pria kulit hitam dan letaknya terlihat menonjol di depan rumah itu,” kata seorang juru bicara National Trust seperti dilansir Mirror, Jumat, 12 Juni 2020.

Juru bicara ini juga menambahkan,”Kami tidak ingin menyensor cara sejarah kolonial masuk ke dalam pembangunan gedung milik kami.”

Juru bicara National Trust mengatakan patung ini dipindahkan ke lokasi baru.

“Kami juga membuat rencana untuk mengakui secara penuh sejarah mengerikan dari perbudakan dan perdagangan budak,” kata dia.

National Trust adalah lembaga donatur independen yang memperhatikan warisan sejarah dan perlindungan lingkungan hidup di Inggris.

Patung pria kulit hitam itu dibuat pada 1735 oleh seorang pematung bernama Andries Carpenter.

Patung dibuat dengan gaya Blackmoor, yang kerap menggambarkan pria kulit hitam secara eksotis dan dalam sikap sebagai pelayan.

Saat ini, gaya seni patung ini dianggap sebagai bentuk rasisme dan dianggap tidak sensitif secara budaya.

Tak urung, pemindahan patuh itu juga menimbulkan keprihatinan. Akun Twitter @janblin mengekspresikan keprihatinannya karena pemindahan patung itu terjadi di tengah ancaman orang-orang yang terbatas pengetahuannya tentang sejarah di balik patung tersebut. 

Seperti ditulis Altrincham Today,protes akibat kematian Floyd di Amerika Serikat telah membuat patung yang dibuat awal tahun 1700-an itu menjadi sorotan.

Meskipun sosok Afrika yang berlutut dikatakan sebagai "orang Moor", bukan budak, juru bicara National Trust - yang memiliki Dunham Massey - mengatakan telah memutuskan untuk memindahkannya.

Patung itu menggambarkan sosok Afrika yang sedang berlutut, mengenakan rok dari bulu atau daun dan membawa jam matahari di atas kepalanya.

Sebuah plakat yang dekat dengan patung itu berbunyi: “Jam matahari ini bergaya seperti yang ditugaskan oleh Raja William III. Ini mewakili Afrika, satu dari empat benua yang dikenal saat itu. Sosok itu menggambarkan orang Moor, bukan budak, dan dia telah berlutut di sini sejak sebelum 1750. ”

"Moor" berasal dari "Blackamoor", gaya seni Eropa yang menggambarkan tokoh-tokoh bergaya, biasanya laki-laki Afrika, dalam bentuk patuh atau eksotis. Istilah "Blackamoor" sekarang umumnya dianggap rasis dan tidak sensitif secara budaya.

"Kami tidak ingin menyensor atau menyangkal cara sejarah kolonial terjalin ke dalam struktur bangunan kami," ujar sang jubir.

"Karena alasan ini, kami telah memutuskan untuk memindahkannya dengan aman dari lokasi sebelumnya sementara kami membuat rencana untuk mengatasinya dengan cara yang sepenuhnya mengakui sejarah perbudakan dan perdagangan budak yang mengerikan," ujarnya.

Menurut Historic England, patung batu seukuran aslinya - dengan jam matahari dari logam - berasal dari awal 1700-an, dan diperkirakan dibuat oleh pematung Andries Carpentière.

Di luar keprihatinan atas pemindahan patung itu, akun @janblim juga mengugah ajakan untuk mendukung petisi tentang perlunya mengajarkan kepada anak-anak Inggris soal perbudakan yang terjadi.

Gelombang unjuk rasa bermunculan di sejumlah negara Barat seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia memprotes pembunuhan seorang pria kulit hitam oleh seorang polisi kulit putih di Minneapolis, AS. 

Pria kulit hitam bernama George Floyd ditangkap seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin, yang menindih leher belakang Floyd selama sekitar 9 menit. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Termpo.co/mirror/altrincham.today
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper