Bisnis.com, LONDON - Kemarahan publik atas kematian George Floyd di Amerika Serikat tak boleh dipandang sebelah mata.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kemarahan yang dipicu oleh kematian George Floyd di Amerika Serikat itu tidak dapat diabaikan.
Johnson mengatakan pemerintah Inggris harus berbuat lebih banyak untuk memerangi prasangka terhadap orang-orang dari kelompok etnis kulit hitam dan minoritas.
"Kami yang memimpin dan yang memerintah tidak bisa mengabaikan perasaan itu karena dalam terlalu banyak kasus, saya khawatir, mereka dibangun dalam kenyataan semu," kata Johnson dalam sebuah pernyataan, Senin waktu setempat.
Boris Johnson mengatakan Inggris telah membuat langkah besar dalam menanggulangi rasisme.
Tetapi ia mengakui ada banyak hal yang harus dilakukan - dalam menghapus prasangka, dan menciptakan peluang.
Baca Juga
Sebelumnya, lebih dari seribu pengunjuk rasa berbaris melewati Kedutaan Besar AS di tepi selatan Sungai Thames.
Para pengunjuk rasa juga berkerumun di alun-alun di luar gedung Parlemen. Mereka memegang plakat "Black Lives Matter" dan mengabaikan saran pemerintah untuk menghindari pertemuan besar karena risiko virus Corona.
"Saya turun ke jalan mendukung orang kulit hitam yang telah diperlakukan buruk selama bertahun-tahun. Sudah saatnya untuk perubahan," kata seorang demonstran, guru sekolah dasar berusia 39 tahun, Aisha Pemberton.
Pengunjuk rasa lainnya, spesialis IT Kena David, 32, mengatakan Inggris juga bersalah atas pelanggaran rasis. "Segala sesuatu yang kalian lihat di sekitar kalian itu dibangun oleh orang-orang berkulit hitam dan coklat," tegasnya.
Protes pada Sabtu itu mencerminkan kemarahan global atas perlakuan polisi terhadap etnis minoritas.
Kemarahan dipicu kematian Floyd, seorang warga kulit hitam Amerika pada 25 Mei, ketika seorang petugas polisi kulit putih menekankan lututnya pada leher Floyd selama hampir sembilan menit. Sementara rekan-rekannya sesama petugas kepolisian hanya diam menyaksikan kejadian itu.